Konservasi mangrove di Indonesia menghadapi berbagai tantangan dan peluang yang signifikan. Sebagai negara dengan luas mangrove terbesar di dunia, Indonesia memiliki tanggung jawab besar untuk melindungi ekosistem ini. Dalam beberapa tahun ke depan, masa depan kegiatan konservasi mangrove akan sangat bergantung pada kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan pihak terkait lainnya.
Salah satu langkah penting dalam konservasi mangrove adalah melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), yang menetapkan target konservasi mangrove mencapai 50.000 hektare pada tahun 2024. Meskipun angka ini terkesan kecil dibandingkan dengan total luas mangrove nasional yang mencapai sekitar 3,3 juta hektare, pencapaian target tersebut memerlukan upaya bersama dari semua pihak. Keterlibatan masyarakat lokal sangat penting untuk keberhasilan konservasi. Masyarakat di sekitar kawasan pesisir diharapkan berperan aktif dalam pengelolaan dan pemeliharaan ekosistem mangrove, sehingga dapat meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab terhadap lingkungan.
Selain itu, ekosistem mangrove memiliki potensi ekonomi yang besar. Aktivitas tambak dan ekoturisme dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekaligus berkontribusi pada pelestarian lingkungan. Mangrove juga berfungsi sebagai penyimpan karbon yang efektif, dengan potensi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan. Penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan mangrove yang baik dapat berkontribusi pada penurunan emisi hingga 59 juta ton CO2e pada tahun 2045. Dengan demikian, pengelolaan mangrove yang berkelanjutan tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan, tetapi juga bagi perekonomian masyarakat.
Namun, tantangan besar juga mengintai. Indonesia mengalami kehilangan luas mangrove yang signifikan, dengan data menunjukkan bahwa sekitar 40% ekosistem mangrove telah hilang dalam tiga dekade terakhir. Penyebab utama kerusakan ini termasuk konversi lahan untuk pertanian, pembangunan pesisir, dan penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan. Aktivitas manusia seperti pembabatan pohon mangrove untuk budidaya perikanan dan pembangunan infrastruktur menyebabkan degradasi yang cepat. Oleh karena itu, perlunya kebijakan yang mendukung perlindungan mangrove menjadi semakin mendesak.
Pemerintah Indonesia sedang menyusun Rencana Peraturan Pengelolaan Mangrove (RPP Mangrove) dan Rencana Zonasi untuk pengelolaan yang lebih baik. Namun, implementasi kebijakan ini masih menghadapi berbagai kendala. Diperlukan adanya tempat pembibitan mangrove di setiap daerah untuk mengurangi biaya transportasi bibit dan meningkatkan efektivitas penanaman.
Di tingkat global, perhatian terhadap konservasi mangrove semakin meningkat. Indonesia memiliki cadangan karbon biru terbesar di dunia, sehingga upaya perlindungan ekosistem ini tidak hanya penting bagi negara tetapi juga bagi komunitas internasional. Diperlukan aksi kolektif dari pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat internasional untuk melindungi ekosistem mangrove sebagai bagian dari strategi mitigasi perubahan iklim global.
Kesimpulannya, masa depan konservasi mangrove di Indonesia sangat bergantung pada kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan, keterlibatan masyarakat, serta kebijakan yang mendukung perlindungan lingkungan. Dengan memanfaatkan potensi ekonomi dan ekologis dari ekosistem ini, serta mengatasi tantangan yang ada, Indonesia dapat memastikan keberlanjutan hutan mangrove untuk generasi mendatang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI