Mohon tunggu...
Dian Purnama
Dian Purnama Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kendala Pemanfaatan Mangrove Sebagai Bahan Pangan

22 Juni 2015   11:26 Diperbarui: 13 Juli 2015   12:24 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peran Mangrove di Indonesia, pada umumnya digembar-gemborkan sebagai penahan abrasi dan pereservasi ikan-ikan, lantaran struktur akar yang unik yang bisa bertahan di tanah yang berlumpur atau “lunak” serta tumbuh di pesisir pantai yang berair payau (percampuran antara air asin/air laut dengan air tawar). Sehingga tak mengherankan bila aksi taman mangrove dapat dengan mudah ditemukan di pesisir Indonesia.

Padahal, peran mangrove secara tradisional oleh masyarakat pesisir di Indonesia telah lama berlangsung sejak beberapa abad yang lalu. Pemanfaatan secara tradisional dari berbagai jenis tumbuhan mangrove tersebut merupakan pemanfaatan tingkat awal dari sumberdaya mangrove berdasarkan pengetahuan lokal masyarakat yang sampai saat ini tidak terdokumentasikan secara baik. Khusus untuk jenis api-api (Avicennia spp.), masyarakat pesisir di Indonesia sudah sejak lama memanfaatkannya secara tradisional untuk memenuhi keputuhan pangan, ; obat-obatan, kayu bakar dan konstruksi bangunan rumah dan pakan ternak. Pengetahuan tentang pemanfaatan kayu jenis api-api untuk kayu bakar dan bahan konstruksi bangunan sudah dikuasai secara baik (Kusmana et al., 2005), namun pengetahuan i1miah mengenai pemanfaatan berbagai bagian dari jenis pohon api-api untuk kebutuhan pangan dan obat-obatan sampai saat ini belum diperoleh.

Kalau anda coba browsing, buah dari berbagai jenis mangrove (utamanya dari marga Rhizophora, Bruguiera, Avicennia dan Sonneratia), dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan alternatif seperti tepung, sirup, dan dodol. Produk olahan mangrove dari masyarakat pesisir pun kini sudah mulai ditemukan di beberapa lokasi wisata mangrove di beberapa kota di Indonesia.

Sayangnya, keterbatasan jumlah mangrove yang dapat diolah tersebut di alam ditambah dengan tekanan lingkungan yang dapat ditengarai dari tingginya kandungan berbahaya pada perairan pesisir sebagai imbas dari limbah, menyisakan kekhawatiran tersendiri.

Buah Avicennia, memiliki rasa yang unik, namun kita perlu waspada dikarenakan kemampuan Avicennia yang cukup efektif dalam menyesap timbal (Pb) kiranya bisa terikut kedalam olahan buah avicennia yang terlanjur kita nikmati.

Tentunya anda akan lebih tanang bila mengetahui kondisi perairan tempat tumbuhnya mangrove yang buahnya akan anda nikmati. Informasi tersebut sebenarnya dapat dibantu oleh para ilmuwan setempat atau NGO yang mendampingi wilayah pemanfaatan mangrove berkelanjutan tersebut.  

Semoga saja niatan untuk memanfaatkan manggrove secara bijak dan berkelanjutan tidak berbuah malapetaka bagi manusia yang mengkonsumsinya.

 

So, bijaklah memanfaatkan mangrove!! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun