Fenomena ini menunjukkan kontras yang kuat antara dua dunia yang berbeda; satu penuh dengan spiritualitas, sementara yang lain dipenuhi dengan gaya hidup hedonisme.
Kondisi ini menunjukkan bahwa masyarakat sedang berada di persimpangan antara mempertahankan nilai-nilai tradisional yang religius dengan mengikuti arus modernitas.
Pada akhirnya, peringatan Hari Santri di Cilegon mencerminkan dualitas yang ada dalam kehidupan masyarakat modern: antara kebutuhan akan spiritualitas dan hasrat akan hiburan penuh kemaksiatan.
Ketika kafe-kafe dan tempat hiburan malam dibanjiri botol miras, prostitusi, dan pembiaran kemaksiatan, disitulah muncul harapan lahirnya keberanian para pewaris Geger Cilegon 1888 sebagai pejuang nahi munkar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI