Bau busuk kimia sangat menyengat menyelinap masuk di rongga pernafasan. Bau yang tidak lazim dan sangat mengganggu itu bisa dirasakan oleh siapapun yang melintasi Jalan Raya Anyer, tepatnya di depan Pabrik PT Chandra Asri Pasific (CAP).
Kabarnya perusahaan petrokimia itu sedang shutdown atau kegiatan perawatan total pabrik. Namun mencium bau busuk kimia di depan pabrik PT CAP rasanya sudah sangat terbiasa dan sudah berlangsung bertahun-tahun.
Mencium bau busuk kimia ini, mengingatkan saya pada peristiwa kebocoran gas PT CAP yang terjadi pada 20 Januari 2024 lalu. Peristiwa yang sempat menghebohkan dengan bau busuk kimia yang dapat dirasakan oleh masyarakat Cilegon.
Sayangnya, peristiwa itu tak seheboh di awal saja. Walikota Cilegon yang datang ke lokasi kejadian pada akhirnya tidak pernah menginformasikan apapun ke masyarakat. Ditambah lagi Dinas Lingkungan Hidup Kota Cilegon yang sangat tertutup terhadap informasi publik bencana kegagalan teknologi.
Para anggota dewan yang keras mencecar pihak PT CAP dalam rapat dengar pendapat pun sama-sama membisu. Belum lagi okum aktivis yang mengatas namakan rakyat, lembaga, ormas atau pun LSM, secara kompak tiarap. Ancaman keras menutup pabrik, kemudian beralih tutup mulut dan kompak amnesia.
Pasca kejadian kebocoran PT CAP, masyarakat yang mencium bau busuk pun tidak pernah mendapatkan perhatian. Semisal, melakukan medical check up untuk memeriksa kondisi tubuh. Ini seharusnya menjadi tanggung jawab sosial pihak PT CAP karena akibat kebocoran gas itu, masyarakat Cilegon dipaksa mencium bau busuk sepanjang hari.
Urusan kesehatan dan keselamatan masyarakat Cilegon, seharunya menjadi tanggung jawab kepala daerah. Andai saja Walikota Cilegon memiliki ketegasan dan memihak pada keselamatan masyarakat. Seharusnya ada kebijakan yang menuntut pihak industri melakukan tanggung jawab sosial yang merata ke masyarakat Cilegon, salah satunya pemeriksaan kesehatan secara berkala.
Kini setelah empat bulan pasca kebocoran gas PT CAP, apakah bau busuk yang dihirup sepanjang hari itu berdampak buruk pada kesehatan tubuh manusia? Tentu saja tidak ada jawaban, karena diam pihak pemerintah dan industri punya arti tersendiri.
Rupanya tragedi gas Bhopal tidak menyadarkan kita bahwa di Cilegon bisa saja terjadi, tragedi kecelakaan pabrik terparah di dunia. Catatan Britannica, jumlah korban tewas diperkirakan sampai 20.000 jiwa.
Cilegon saat ini, jika terjadi bencana kegagalan teknologi industri, mungkin akan lebih parah dari Bhopal. Tepi pantai perairan di Cilegon disesaki oleh deretan pabrik Petrokimia. Jika satu pabrik meledak, potensi ledakan akan merambat dan kiamat di ujung barat Pulau Jawa.