Kesenjangan antara pekerja dan pengangguran terasa jomplang terlihat nyata.
Mungkin ini menjadi alasan Wali Kota Cilegon tidak memasukan kota terkaya keempat di Indonesia ke daftar prestasi kinerjanya.
Saya mengira, akan jadi kabar yang menggembirakan seperti 10 prestasi penghargaan yang diraih Pak Wali di masa kerjanya yang baru genap setahun.
Jika pun memasukan Kota Cilegon menjadi kota terkaya tidak relevan, sebenarnya tidak masalah. 10 penghargaan yang dibanggakan juga tidak sesuai dengan pencapaian janji kampanye dan pelaksanaan RPJMD, serta tidak berdampak besar ke masyarakat.
Ada baiknya juga sebenarnya Pak Wali tidak memasukan kota terkaya di daftar ke 11 penghargaan dan tidak diceritakan di setiap kesempatan sambutan-sambutan.
Khawatir para artis Ibu Kota seperti Raffi Ahmad, Ian Kasela, dan Piyu Padi membuat konten video ucapan selamat atas predikat Kota Cilegon masuk jajaran kota terkaya.
Jangan sampai ada kesan warga Cilegon kembali mempertanyakan kinerja Pak Wali, seperti usai mendapat penghargaan sebagai Kepala Daerah Inovatif dalam Pengelolaan Kota, tapi masyarakat tidak merasakan hasil kerjanya apa?
Menjadi kota terkaya emang menimbulkan citra yang sangat bagus di mata dunia. Tapi itu seperti impian yang tertulis di atas kertas saja.
Realitanya, kapan 25.000 pengangguran bisa mendapatkan kesempatan kerja? Kapan geliat UMKM mendapatkan bantuan modal Rp25 juta? Semuanya masih catatan hitam janji manis kampanye.
Predikat kota terkaya hanya bikin pengangguran insecure. Apalagi realitanya jalan-jalan berlubang di seluruh Kota Cilegon saja tidak mampu diperbaiki. Apalagi mendapatkan jalan mulus bisa bekerja dengan mudah di pabrik-pabrik besar? Â
Mimpi!