Demi berkumpul dengan keluarga pada Hari Raya Idul Fitri, puluhan ribu pemudik sudah menyebrang dari Pulau Jawa ke Pulau Sumatra melalui penyebrangan Pelabuhan Merak, Banten. Himbauan tidak boleh mudik sudah tidak ada artinya lagi.Â
Sejak sabtu malam (1/5) hingga Selasa dinihari (4/5) terpantau suasana Pelabuhan Merak ramai pemudik. Para pemudik memanfaatkan waktu sebelum pemberlakuan larangan mudik diterapkan pada Kamis (6/5) depan.Â
"Mudiklah sebelum mudik dilarang!" Kiasan ini dijadikan alasan mudik lebih awal. Inilah bisa dilihat dari banyaknya orang nekat melaksanakan perjalanan pulang kampung.
Setelah memasuki 6 Mei nanti, akses pelayanan Pelabuhan Merak sudah ditutup. Selanjutnya kesempatan untuk menggunakan jasa penyebrangan Pulau Jawa dan Pulau Sumatra pun sudah disetop.Â
Pemudik tidak mau kalah dengan larangan yang diterbitkan pemerintah. Memanfaatkan operasional Pelabuhan Merak saat ini masih dibuka dengan pengetatan perjalan pasca diterbitkannya Adendum SE Satgas Covid 19 No 13 tahun 2021, tentang pra larangan mudik berlaku mulai tanggal 22 April hingga 5 Mei 2021.
Larangan mudik sungguh melukai hati para perantau. Setahun sekali, momen hari raya adalah saat emosional seorang anak pulang ke rumah orang tuanya.Â
Jangan salahkan para pemudik yang tidak mengindahkan aturan. Mall dan tempat wisata tetap buka, seperti bentuk ketidakadilan bagi para anak rantau yang ingin pulang kampung.Â
"Mudik gak mudik corona tetap ada. Tetapi lebaran tahun depan belum tentu orangtua masih ada. "
Kata-kata ini kini menghiasi media sosial para anak rantau. Siapa yang tidak emosional ketika ingin merayakan hari raya bersama orangtua tapi dilarang pulang kampung?Â
Mudik sudah menjadi tradisi dan kebiasaan anak di tanah rantau kembali ke tanah kelahirannya. Pandemi covid-19 yang entah sampai kapan berakhir, rasanya tidak bisa diterima sebagai alasan untuk tidak pulang kampung.Â