Di rumah aja sepertinya tidak berlaku bagi para petani. Apalagi saat ini tengah memasuki masa panen padi. Setiap hari para petani bersuka cita panen raya meski pun ditengah pandemi covid-19.
Para petani sudah turun ke sawah sejak pagi masih buta. Mengarit batang padi dan menumpuknya. Lalu ngegebod, proses pelepasan biji padi dari ranting rumpunnya menjadi proses yang cukup melelahkan.
Mereka rela bekerja di terik matahari demi menjaga ketahanan pangan. Sebuah proses yang patut dihargai demi menjaga keberlangsungan ketersediaan pangan di saat pandemi covid-19.
Pertanian menjadi sektor penting. Perannya menjaga ketahanan pangan, juga butuh ada jaminan saat masa pandemi ini berlangsung.
Keberlangsungan pertanian harus didukung pada subsidi pemerintah untuk bisa mendapatka bibit, pupuk, hingga pestisida selama pandemi berlangsung.
Namun sayangnya, petani yang menjadi garda terdepan dalam pemenuhan kebutuhan pangan pun akan mengalami dampaknya.
Presiden Jokowi telah menetapkan keputusan pengurangan postur anggaran kementerian dan lembaga pemerintah non-kementerian tahun 2020 guna kepentingan penanganan pandemi wabah virus Covid-19.
Dampanya berimbas pada pemangkasan anggaran sebesar Rp 3,612 triliun. Dari sebelumnya anggaran Kementan adalah Rp21,055 triliun menjadi Rp 17,442 triliun.
Padahal, penting rasanya adanya subsidi pertanian. Â Hal ini untuk menguatkan pertanian yang lebih produksif, supaya masyarakat tidak tambah sulit ekonominya. Kita semua tahu, ketika barang di pasar berkurang maka yang terjadi adalah harga yang membumbung naik.
Wakil Ketua DPD RI Sultan Bachtiar Najamuddin juga sempat risau dengan pemangkasan anggaran disektor pertanian.
"Supaya harga tidak melonjak, tetap bisa terjangkau, terus juga petani di desa tetap mampu panen produktif dan pupuknya tersedia, itu semua kan butuh dukungan anggaran memadai," kata Sultan dalam pesan yang dikirim melalui whatsaap.