Ditengah kegelapan
Menunggu fajar bersinar
Menghitung tubuh-tubuh tak berdaya
Memilih siapa pun yang masi bernyawa untuk dimasukan ke dalam ambulance.
Seorang ibu merintih kesakitan.
Seorang lelaki muda dengan luka kaki yang menganga.
Sirine kembali meraung memecah kesunyian hingga menerabas pagi.
Sinar fajar hanya memperlihatkan tragedi.
Satu persatu tubuh-tubuh penuh luka dan tanpa nyawa berdatangan.
Rumah sakit menjadi lebih sibuk.
"Tugas kita panjang, kawan," seorang kawan merangkul.
Tersadar, semalam menjadi menakutkan untuk ribuan orang di pesisir.
Air mata relawan tidak boleh jatuh.
Pagi itu, tubuh melepas rasa ketakutan.
Melepaskan rasa jijik.
Menahan bau anyir.
Demi menyelamatkan nyawa-nyawa.
Merawani puing-puing sisa amukan air Selat Sunda.
Mencari tubuh-tubuh di tengah hujan yang menderas.
Remuk.
Hilang.
Duka.
Jadi saksi sepanjang menyusuri pantai Carita  hingga Taman Jaya.
Alam menguji dari laut. Ribuan orang diluputi rasa ketakutan. Tuhan menjadi pegangan dalam doa.
(Mengenang satu tahun tsunami Selat Sunda, 22 Desember 2018 dari seorang Relawan)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H