Mohon tunggu...
Mang Jamal
Mang Jamal Mohon Tunggu... lainnya -

Manusia amatir, tinggal di Bandung, sayang anak, hobi ngakak :)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Berkunjung ke World Expo Milan 2015

29 Desember 2015   11:38 Diperbarui: 29 Desember 2015   17:06 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dari World Expo Milan 2015, Feeding The Planet, Energy for Life

Di sela kesibukan mengikuti konferensi desain di Politecnico di Milano, pada suatu sore musim panas awal Juni lalu, saya berkesempatan mengunjungi World Expo Milan 2015. Dari kota Milan bersama kawan dari Nairobi Kenya berangkat dengan kereta dari stasiun Cadorna dan turun di stasiun Rho-Fiera yang langsung menuju gerbang Barat Expo Milan. Untuk masalah tiket kami memperolehnya secara gratis dari panitia Konferensi.

World Expo Milan 2015 adalah pameran internasional yang diselenggarakan di kota Milan Italia. Pameran ini berlangsung selama enam bulan, dari 1 Mei hingga Oktober 2015. Tema expo ini “Feeding the planet, energi for life”. Ya, tentang makanan. Tentang sesuatu yang kita makan sehari-hari guna kelangsungan hidup. Tentang bagaimana setiap kelompok manusia di berbagai penjuru dunia mengolah berbagai jenis makanannya. Makanan adalah kebutuhan vital untuk kehidupan sehari-hari bagi setiap orang di manapun. Tema itu dapat menyatukan manusia yang berbeda kebudayaan dan agama di seluruh dunia dan juga menyiratkan berbagai tantangan dalam masalah ketersediaan dan keberlanjutan rantai makanan di masa depan. Setiap negara peserta membangun paviliunnya sendiri. Ada tujuh sub-tema yang ditampilkan oleh setiap negara atau organisasi internasional yang ikut serta, yaitu Science for Food Safety, Security and Quality, Innovation in the Agro Food Supply Chain, Technology for Agriculture and Biodiversity, Dietary Education, Solidarity and Cooperation on Food, Food for Better Lifestyles dan Food in the World's Cultures and Ethnic Groups.

Pameran yang menempati area 1,1 juta meter persegi ini diikuti oleh 145 negara yang menampilkan teknologi, inovasi, budaya, tradisi dan kreativitas terbaik masing-masing dalam mengupayakan jawaban konkrit terhadap kebutuhan vital: mampu menjamin kesehatan, keamanan dan kecukupan makanan untuk setiap orang, seraya menjaga keseimbangan planet bumi. Selain diikuti oleh berbagai negara dari berbagai belahan dunia, pameran ini juga diikuti oleh organisasi internasional seperti PBB yang menampilkan upayanya dalam mencukupi makanan bagi seluruh penduduk dunia dengan tema zero hunger challenge, united for a sustainable world.

Desain master plan area pameran internasional ini dibuat oleh arsitek Massimillano Fuksas dengan lokasi di sebelah barat daya kota Milan yang masuk ke wilayah municipality Rho dan Pero. Master plan ini menampilkan platform untuk pertukaran gagasan dan berbagai solusi sesuai tema makanan, menstimulasi kreativitas setiap negara peserta dan memajukan inovasi dalam bidang makanan untuk masa depan berkelanjutan. Selain mengeksplorasi gagasan dan teknologi baru dalam hal makanan, di pameran ini juga digelar berbagai resep masakan dalam bentuk makanan dari negara peserta. Dengan tema utama Feeding the planet, energi for life, area Expo dibagi ke dalam lima area tematis: Paviliun Zero- pavilun PBB yang menyajikan berbagai data dunia mengenai berbagai jenis pangan termasuk aneka jenis biji-bijian sebagai bahan makanan pokok umat manusia, Future Food District, Children's Park, Biodiversity Park dan Art and Foods. Ada cluster makanan/minuman khas yaitu kopi, cocoa and chocolate, the world of spices and island, sea and food.

Paviliun Indonesia
Dilihat dari peta di gerbang pintu masuk Expo, paviliun Indonesia terletak diujung sebelah kanan bersebelahan dengan Turkmenistan dan berseberangan jalan dengan Oman. Paviliun Indonesia didesain oleh Miranti Gumayana, Dani Hermawan dan Rubi Roesli. Desain paviliun bertema Panggung Dunia (The Stage of the World) dengan desain mengacu pada interaksi komunitas petani dan nelayan. Petani diwakili lumbung (gudang hasil panen) dan nelayan diwakili bubu (alat tradisional untuk menangkap ikan). Bentuk anyaman bambu pada dinding lumbung dan bubu diaplikasikan pada fasad paviliun tetapi dibuat dengan bahan rotan sintetis ukuran besar.
Paviliun Indonesia dibagi dalam lima zona, yaitu zona Indonesia Hari Ini, zona Pangan, zona Energi, zona Maritim, serta zona Budaya. Didi Petet (alm) bertindak sebagai ketua penyelenggara atau event organizer Paviliun Indonesia lewat Koperasi Pelestari Budaya Nusantara (KPBN). Di bagian depan paviliun, terdapat patung badak, sebagai ikon paviliun Indonesia karena dipandang sebagai spesis paling unik di Indonesia.

Di dalamnya menampilkan berbagai karya kriya dari kayu termasuk berbagai ikon budaya seperti wayang golek dan berbagai macam kerajinan tangan khas masyarakat petani dan nelayan Indonesia. di bagian tengah terdapat Dewi Sri dalam bentuk patung model wayang. Dewi Sri adalah dewi kesuburan yang menjadi cikal bakal padi berasal. Di bagian belakang terdapat ruangan yang disetting menjadi rumah makan khas Indonesia dengan menu yang berganti setiap hari dari berbagai pelosok Tanah Air. Di luar sisi kiri juga terdapat Bogor cafe yang pada hari itu menyajikan sate ayam dan lontong seharga 10 euro satu porsi. Ketika berkunjung saya disambut kang Deni Darmadi orang Bojong Soang Bandung yang menjadi manager paviliun Indonesia. (mj)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun