Mohon tunggu...
Mang Jamal
Mang Jamal Mohon Tunggu... lainnya -

Manusia amatir, tinggal di Bandung, sayang anak, hobi ngakak :)

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Putri Duyung, Den Lille Havrue

25 Mei 2012   02:30 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:50 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13379127001166409033

Den Lille Havrue alias Patung Putri Duyung

Di album foto Facebook salah seorang kawan yang saya kenal di Leiden Belanda, saya lihat ada foto-foto tour ke Kopenhagen Denmark. Lengkap dengan pose di depan patung den Lille Havrue alias Little Mermaid. Saya tulis komentar, “Congrats, you were there.”  Foto-fotonya mengingatkan saya pada musim semi tahun 1997 ketika belajar desain mebel di Arkitekskole Kopenhagen bersama mas Sigit Priyadi dan empat kawan setanah air lainnya.

Gambar patung putri duyung itu telah lama ada di kita, di kaleng biskuit yang pasang label Danish Biscuit. Patung itu ditempatkan di kawasan pantai Langelinie Kopenhagen utara. Konon patung berbahan perunggu itu diresmikan pada tanggal 23 Agustus 1913.

Kecil

Kawasan tempat patung Putri Duyung itu pertama kali dikunjungi dalam canal tour. ketika senggang, kami sengaja mengunjunginya dengan bus kota. Waktu mampir ke sana, kata-kata pertama yang otomatis terlontar adalah “Hah, ternyata kecil..!”

Meskipun terkenal ke seluruh dunia, patung Putri Duyung itu ternyata kecil saja, hanya setinggi 1,25 meter dan dalam posisi duduk. Beratnya 175 kg. Diletakkan di atas batu agar terangkat sedikit dari permukaan laut dan agar mudah terlihat. Kita harus turun ke pantai berbatu untuk mendekat.

Soal kecil ini sepertinya menyesuaikan diri dengan negara Denmark sendiri yang mungkin hanya sebesar provinsi kecil di kita atau malah kabupaten. Penduduk Denmark sekitar 5,5 juta jiwa. Mereka hidup bahagia dengan sistem welfare state atau negara kesejahteraan. Salah satu praktik sistem ini, misalnya, siapapun dan apapun pekerjaan orang Denmark, kalau sudah masuk masa pensiun, maka negara akan memberinya tunjangan pensiun. Standar lain, sekolah dan rumah sakit gratis. Bahwa pajak tinggi, orang Denmark menerimanya dengan lapang karena semua dana pajak itu dikembalikan ke mereka dalam berbagai bentuk khas negara kesejahteraan. Angka korupsi sudah lama enol.

Meskipun patung den lille havrue itu kecil saja, tapi kita tahu, popularitasnya tidak kalah dengan patung raksasa seperti Lady Liberty di New York, menara Eiffel di Paris dan Monas di Jakarta.

Katanya, seniman yang membuat patung Putri Duyung itu bernama Edvard Eriksen, dengan model penari balet Ellen Prince, yang waktu itu manggung pada sebuah pertunjukkan opera di gedung Opera Kopenhagen di Kongen Nytorv (King’s Square). Gedung ini bersebelahan dengan Charlottenborg, istana raja Denmark yang kemudian dijadikan kampus pusat Den Danske Kunstakademiet (Akademi Seni Rupa Kerajaan Denmark), yang menjadi induk Arskitekskole.

Patung itu atas pesanan Carl Jacobsen, bos pabrik bir Carlsberg untuk menghiasi kota Kopenhagen. Jacobsen juga mempunyai museum patung, Ny Carslberg Glypthotek, di tepi jalan HC Andersen Boulevard, di dekat Balai Kota Kopenhagen. HC Andersen inilah yang membuat cerita den Lille Havrue atau Putri Duyung ini. Jadi bukan dari legenda atau mitos.

Heboh

Dosen saya waktu di Arkitekskole, Gorm Harkaer dan almarhumah Ayoe Valentin pernah cerita bahwa patung Putri Duyung itu beberapa kali menjadi berita yang menggemparkan seluruh Denmark, karena dimuat koran dan tv. Pasalnya, kepala patung Putri Duyung itu beberapa kali dipenggal orang. Umumnya, alasan tukang penggal kepala patung putri duyung itu, katanya iseng saja. Kepala patung itu ada yang tidak dikembalikan. Bila demikian, biasanya Pemerintah Kota Kopenhagen meminta salah seorang pematung membuatkan tiruan kepala patung itu dan memasangnya. Di kejadian lain, kepala patung itu dikembalikan di depan stasiun tv. Konon peristiwa ini sudah empat kali terjadi.

Ketika saya tanya, kenapa hal itu bisa terjadi? Gorm Harkaer dengan berkelakar menjawab, "Yeah, mungkin mereka merasa bosan, hidup di sini mengalir tenang dan lancar, tidak pernah terjadi peristiwa yang menghebohkan."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun