Mohon tunggu...
Mang Jamal
Mang Jamal Mohon Tunggu... lainnya -

Manusia amatir, tinggal di Bandung, sayang anak, hobi ngakak :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Solo, Kota Mobil Indonesia, Euy!

10 Februari 2012   05:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:50 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ya,  kalau negeri ini butuh kota dengan julukan Kota Mobil Indonesia,  kota itu adalah Solo, Surakarta.  alasannya ada dua yang penting dan terjadi di kota itu dan tidak terjadi di kota lain. 1. Buku yang secara komprehensif memuat sejarah perkembangan otomotif di Indonesia, buku berbahasa Belanda berjudul Kreta Setan, “De duivelswagen” autopioniers van Insulinde, karya F.F. Habnit, tebitan Tong Tong, Den Haag, 1977, bercerita bahwa keberadaan mobil di Indonesia dimulai pada tahun 1894. Tahun itu, untuk pertama kalinya, sebuah mobil tiba di Indonesia. Mobil bermerek Phaeton-Benz buatan Karl Benz Jerman bermesin 2.000 cc satu silinder dengan tenaga 5 PK itu tiba di pelabuhan Tanjung Perak Surabaya ada tahun 1894. Istilah Phaeton menunjuk pada sistem atap yang menggunakan atap terpal (tentwagen). siapa pemiliknya? Mobil itu adalah pesanan Sunan Surakarta waktu itu, Pakubuwono X (memerintah Surakarta 1893-1939). Harga satu unit mobil itu adalah 10.000 gulden.  Dengan demikian, Sunan Solo adalah orang pertama di Indonesia yang memiliki mobil. Hal itu dimungkinkan mengingat Sunan Solo waktu itu adalah raja yang mempunyai perhatian yang tinggi terhadap perkembangan teknologi serta gemar bepergian. Pada tahun itu, masih banyak raja atau kepala negara di dunia yang belum mempunyai kendaraan bermesin, bahkan di negerinya sendiri, Belanda yang menjajah Indonesia, waktu itu belum mempunyai mobil. Baru pada tahun 1896, dua tahun kemudian, Belanda mempunyai mobil pertamanya. Waktu itu pembuatan satu unit mobil memerlukan waktu satu tahun. [caption id="attachment_162409" align="alignleft" width="300" caption="mobil pertama di Indonesia"][/caption]

Sunan Solo memesan mobil beroda empat itu melalui seorang berkebangsaan Inggris, John C. Potter. Untuk mengoperasikan mobil yang dapat memuat delapan orang itu, Sunan Solo juga mempekerjakan dua orang Jerman, satu orang sopir dan seorang lagi sebagai mekanik. Perjalanan pertama kali mobil itu adalah dari Surabaya ke Semarang kemudian ke Solo. Mobil itu menunjukan performa yang baik karena dalam perjalanan panjang itu, mobil Phaeton-Benz berlari mulus, tidak pernah mogok. Mobil Phaeton-Benz yang dibeli Sunan Solo itu adalah mobil Eropa pertama yang dikirim ke luar Eropa.

Desain mobil itu masih menunjukkan jejak sebuah desain delman atau kereta kuda. Dengan kata lain, mobil Phaeton-Benz itu selintas memang masih seperti delman tanpa kuda. Rodanya pun masih berbahan kayu dengan ban yang masih tanpa udara (ban mati) sebagaimana umumnya dipakai pada delman. Peran kuda digantikan mesin yang diletakkan di belakang. Mobil itu kemudian dipinjam pihak Belanda untuk dibawa melalui pelabuhan Semarang ke acara pameran RAI di Belanda pada tahun 1924 dan konon tidak dikembalikan. Mobil model Phaeton-Benz 1894 itu sekarang dapat dilihat di museum mobil Leidschendam Belanda.

(saya tidak bahasa belanda kecuali lekker saja, beberapa bagian buku itu pernah diterjemahkan dosen fsrd itb untuk kepentingan materi proyek museum transportasi dan saya ikut tim itu taun 90-an).

jadi, alasan pertama karena mobil pertama yang ada di Indonesia ada dan dimiliki orang Solo persisnya raja Surakarta.

2. Peran walikota Solo Jokowi yang heroik:  menggunakan mobil karya anak bangsa sebagai mobil dinasnya.  cerita pak Joko ini sudah banyak diceritakan media.

alasan kedua ini penting karena tidak ada pejabat di kota lain yang melakukannya.

jadi Solo atau Surakarta dapat mengklaim dirinya sebagai Kota Mobil Indonesia atau Kota Perintis Mobil di Indonesia.

Selamat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun