Mohon tunggu...
Mang Jamal
Mang Jamal Mohon Tunggu... lainnya -

Manusia amatir, tinggal di Bandung, sayang anak, hobi ngakak :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Garis Organis Kayu Lapis

1 Juni 2010   04:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:50 490
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Garis Organis Kayu Lapis

Oleh: Jamaludin Wiartakusumah Desain modern sangat didukung oleh kemajuan teknologi proses dan pemahaman yang lebih mendalam terhadap kemampuan material. Salah satu khasanah desain modern dicapai dengan kemampuan mengolah material kayu, baik kayu solid atau kayu lapis sehingga dapat dibuat melengkung sampai batas optimal. Inovasi ini memungkinkan kayu yang telah dipakai sejak jaman primitif dapat hadir di kancah desain modern dengan bentuk baru yang mutakhir. Bentuk lengkung dalam desain umumnya disebut organis atau biodesain, karena meniru bentuk-bentuk yang ada (dan hidup) di alam. Upaya ke arah membuat desain mebel dengan kayu yang dilengkungkan berawal dari pemahaman terhadap karakteristik serat dari masing-masing jenis kayu. Sukses pertama desain dengan bahan kayu solid yang dilengkungkan dicapai oleh Gebruder Thonet dari Austria yang pada 1885 berhasil membuat kursi makan dengan struktur rangka yang dibuat melengkung. Thonet juga membuat terobosan modern dalam bidang konstruksi yaitu dengan cara terurai (knock down) hingga faktor pengiriman menjadi lebih efisien. Satu meter persegi peti dapat memuat 12 unit kursi makan dalam keadaan terurai. Serat kayu yang dipanaskan akan lentur dan mudah dilengkungkan. Tetapi ukuran pada bagian yang dilengkungkan akan mengecil karena serat jadi bertumpuk. Cara lain yang kemudian banyak dipakai pada industri kayu lapis modern adalah dengan proses pendinginan. Motode terakhir ini membuat serat pada bagian kayu yang dilengkungkan tidak mengalami perubahan ukuran. Sukses dalam pengolahan kayu lapis yang dilengkungkan dan diproduksi dalam skala industri dicapai arsitek Finlandia, Alvar Aalto pada tahun 1931/32 berhasil melakukan percobaan membuat kursi dari bahan kayu lapis yang dilengkungkan dengan ketebalan minimal yaitu kursi Paimio atau model no.41. Bentuknya yang ergonomis dan karakteristik masyarakat setempat yang efisien memungkinkan tidak perlu lagi penambahan material pengempuk seperti jok dari busa. Sukses selanjutnya dicapai Arne Jacobsen dari Denmark dengan kursi Myren (semut) dan kursi seri 3107 yang didesain dan diproduksi sejak 1955. Kursi Jacobsen ini merupakan kursi kayu lapis pertama yang diproduksi secara modern. Minimalis Desain modern menghendaki efisiensi material dan bentuk. Desain kursi dengan bahan kayu lapis selain memungkinkan penggunaan material yang efisien, penggunaan bentuk lengkung memungkinkan dapat tercapainya bentuk yang ergonomis, selain tentu saja desain yang kreatif membuatnya juga dapat tampil dalam bentuk desain kontemporer. Seperti kursi Trinidad karya Nana Ditzel yang terinspirasi oleh bentuk daun palem yang kemudian diadopsi ke dalam sandaran dan dudukan kursi dari bahan kayu lapis yang dilubangi, seperti ruang antara daun palem. Desain Post-Modern juga dapat menggunakan material kayu lapis ini seperti yang ditunjukkan oleh Robert Venturi lewat karyanya, kursi Queen Anne yang mengambil silhuet dari kursi klasik. Meskipun tampak meriah karena menggunakan hiasan strip dan bunga, kursi itu hanya berbahan kayu lapis yang dilengkungkan. Pemakaian bahan yang sedikit menghasilkan bentuk minimalis membuat ruang lebih leluasa. Dudukan atau sandaran yang hanya selembar kayu lapis dengan ketebalan 9mm tentulah akan sangat menghemat pengunaan bahan. Dari segi pelestarian lingkungan hidup, tentulah bahan kayu lapis lebih unggul dibanding material plastik karena tidak akan mencemari lingkungan. Prospek Indonesia Indonesia yang produsen raksasa kayu lapis dapat mengembangkan kelebihan kayu lapis ini ke dalam bentuk desain yang tidak kalah dengan desain dari luar sekaligus berupaya menghemat hutan tropis. Penggabungan kayu lapis lengkung sebagai sandaran atau dudukan dengan material besi sebagai rangka struktur dan kaki memungkinkan tercipta beragam bentuk dengan bahan yang efisien dan desain yang tak kalah menarik. Produsen mebel tanah air sudah selayaknya mengembangkan desain dengan pendekatan hemat bahan baku yang dimungkinkan dapat dilakukan oleh kayu lapis. Desainer maupun arsitek lulusan sekolah desain dalam negeri telah dapat membuat desain kursi berbahan kayu lapis yang dilengkungkan ini. Jamaludin Wiartakusumah Dosen Desain Itenas Bandung Dimuat rubrik Desain Kompas Minggu 10 september 2006

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun