Mohon tunggu...
Mang Jamal
Mang Jamal Mohon Tunggu... lainnya -

Manusia amatir, tinggal di Bandung, sayang anak, hobi ngakak :)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tentang Kopenhagen

5 Agustus 2014   03:02 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:24 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14071572171820831957

Tentang Kota Kopenhagen

Dari Novel Louisiana Lousiana, Grasindo, 2003

[caption id="attachment_336391" align="aligncenter" width="300" caption="empat pemuda pulau jawa mejeng di alun-alun kopenhagen, 1997"][/caption]

Musimsemi masih tersisa  beberapa hari lagi.  Sebentar lagi musim panas dan siang akan  lebih panjang dari malam.  Matahari, yang di sini tidak pernah sampai  ubun-ubun, bersinar dari langit Selatan. Menyiramkan cahaya dan kehangatan ke kota di Bumi Utara ini. Kopenhagen. Copenhagen. København.

Seperti kota lain di Eropa, kota ini  terdiri dari gugusan gedung-gedung tua, beberapa diantaranya dibangun sejak Abad Pertengahan atau paling tidak sejak abad 16 ketika  Raja Christian IV (1588-1648) dengan antusias membangun beberapa gedung megah yang masih ada sampai sekarang. Beberapa bangunan besar yang terdiri dari gedung-gedung kerajaan seperti  istana, balai kota, gedung opera, museum dan gereja, yang didesain dengan arsitektur klasik yang anggun, hadir di berbagai bagian kota dan menjadi landmark kawasan itu. Bangunan lainnya adalah apartemen dan perkantoran setinggi empat sampai enam lantai, dengan deretan toko pada lantai dasar.

Merek atau nama toko berjajar pada dinding di atas jendela toko dengan batas  sisi bawah jendela  apartemen di atasnya. Begitu tertib. Rapih. Indah. Beberapa gedung hanya berdinding bata terakota tanpa plester, sebagian lagi  diplester dan menjadi kusam termakan usia. Deretan gedung-gedung lama diseling beberapa gedung yang dibangun jaman sekarang menampilkan gaya arsitektur modern yang bersih dari ornamen menghasilkan komposisi kontras. Keberadaan bangunan arsitektur modern  menjadi tanda masih adanya pertumbuhan dan perkembangan zaman, di tengah gugusan bangunan-bangunan  lama dengan arsitektur yang kaya.

Jalan yang beraspal mulus menjadi koridor angin yang berhembus dari pantai. Trotoar rendah berbatu alam di kedua sisinya,  leluasa dipakai jalan-jalan kapan saja karena tidak ada pedagang kaki lima dan tiang-tiang billboard, bahkan tiang lampu merah di trotoar perempatan. Lampu merah hanya digantung persis di atas simpul perempatan, direntang kabel dari sudut-sudut bangunan dari empat sudut. Papan nama jalan tidak dipasang pada tiang di trotoar, tapi di tembok pagar atau dinding apartemen. Efisien. Langit lengang, segala macam kabel dialirkan di dalam tanah. Kata ‘semrawut’ sepertinya sudah lama dihapus dari bahasa warga kota ini. Sepertinya pepohonan pun masuk kategori itu karena hanya ditempatkan pada area taman saja. Tidak di tepi jalan. Di trotoar. Mungkin karena daunnya yang jatuh di musim gugur akan menjadi sampah di jalan.

Kota yang tenang. Sebuah tempat yang mapan oleh terpaan sang waktu di tengah derap gemuruh perubahan zaman, tidak riuh oleh dinamika zaman modern yang tumpah ruah oleh segala macam promosi mesin kapitalisme yang dipasang di tepi jalan dalam bentuk billboard besar-besar yang merusak keindahan kota. Tidak ada deru dan bising dan menyiksa gendang telinga dari kendaraan yang hilir mudik, kecuali bunyi sirine polisi atau ambulan. Sekali-kali. Kendaraan-kendaraan tua tidak tampak di jalan. Tidak ada kemacetan lalu lintas yang membuat orang membuang hidupnya dengan sia-sia di jalan. Tidak ada suasana hiruk pikuk yang membuat pening kepala. Semua begitu mengalir, tenang dan mudah.  Musim yang empat kali berganti membuat pemandangan selalu berubah. Masing-masing memberi mood berbeda pada hati warganya.

Sebuah kota yang dapat dihuni dengan nyaman dan dengan gaya hidup kasual. Tidak ada yang tampak terburu-buru atau tergesa mengejar sesuatu. Semua berjalan wajar, tenang dan hampir benar. Sebuah kota ketika bersepeda dapat dinikmati dengan leluasa karena pada jalan utama dibuat jalur khusus untuknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun