Kapitalisme adalah sistem ekonomi dimana perdagangan, industri dan alat-alat produksi dikendalikan oleh pemilik modal dengan tujuan memperoleh laba dalam ekonomi pasar. Pemilik modal dalam melakukan usahanya berusaha untuk meraih laba sebesar-besarnya.Â
Dalam sistem seperti ini muncul kepercayaan bahwa kemajuan ekonomi dapat diperoleh oleh pencapaian laba dan kekuatan modal, yang secara kausal saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Artinya semakin besar suatu modal dapat mengakibatkan semakin besar pula laba yang didapat, dan semakin besar suatu laba maka akan menimbulkan suatu modal baru yang lebih besar.Â
Siklus ini berputar secara terus-menerus dan dalam prosesnya terciptalah lapangan pekerjaan dan menimbulkan kesejahteraan material. Inilah kredo dasar dalam prinsip kapitalisme.
Kapitalisme melihat bahwa modal merupakan faktor kunci menuju kemakmuran. Banyak bentuk modal yang bisa kita jadikan landasan analisis kita lebih lanjut, misalnya alat produksi, tanah, uang dan lain-lain. Namun modal yang dimaksud disini, penulis ingin menspesifikan bentuk modal yang paling umum yaitu "uang".
Disamping sebagai modal, peran uang yang paling besar adalah sebagai alat transaksi atau alat tukar dalam kegiatan ekonomi. Kita dapat memiliki apapun yang kita inginkan dalam aktifitas ekonomi, jika kita menukarkannya dengan uang.Â
Misalnya, kita dapat memperoleh barang tertentu atau jasa tertentu yang kita inginkan sejauh dalam koridor aktifitas ekonomi, maka kita dapat memperoleh apapun itu. Sedemikian besarnya peran uang hingga membuat orang-orang berusaha sekuat tenaga dan bahkan bertaruh nyawa untuk dapat memilikinya.
Uang sebenarnya hanyalah selembar kertas dengan gambar tertentu dan tak akan berarti apa-apa jika kita tak memberinya makna. Dari sejarahnya aktifitas transaksi ekonomi dahulunya menggunakan sistem barter atau menukar barang dengan barang, atau jasa dengan barang secara langsung.Â
Namun dikarenakan metode barter tersebut bukan merupakan metode transaksi yang efektif dalam menjawab kebutuhan ekonomi yang semakin kompleks dan rumit, terpaksa manusia menciptakakan uang sebagai jawaban atas aktifitas yang rumit tersebut.
Keberhasilan pemaknaan uang sebagai alat transaksi menimbulkan kepercayaan besar terhadapnya dan semakin membesar setiap harinya. Realitas kepercayaan akan kuasa uang mampu menembus sekat-sekat yang tak tertembus oleh kepercayaan ideologi dan agama manapun selama ini.Â
Sebagai salah satu contohnya, dalam entitas yang beragama Kristen tak mungkin bekerjasama dengan entitas yang beragama Islam dalam menyembah Tuhannya atau dalam aktifitas peribadatanya. Namun uang mampu membuat dua entitas yang beragama Kristen dan Islam tersebut bekerjasama dalam aktifitas ekonominya dengan penuh sukacita.Â
Realitas pengkultusan uang inilah yang dapat disebut; uang sebagai ideologi, atau kepercayaan akan uang menjadi superior dan mampu mengeliminir sekat-sekat pembatas dari elemen-elemen lain.