"Al Adaabu Fauqol ilmu, adab di atas ilmu".
Mahfudot Arab tersebut menegaskan bahwa posisi adab lebih utama dari ilmu. Orang yang berilmu namun tidak memiliki adab maka tindak tanduknya akan sia-sia belaka. Yang tercermin dari orang tak beradab tidak lain hanya kepongahan, sombong dan melampaui batasan kehendak diri sebagai seorang hamba.Â
Orang yang berilmu tanpa adab berarti menjalani kehidupan dengan sengaja mengingkari dan menafikan fakta hakikat manusia sebagai makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial sudah barang tentu membutuhkan interaksi sosial dalam mencukupi kebutuhan hidupnya. Sehingga dalam prakteknya manusia akan melakukan proses interaksi sosial baik secara verbal, visual, ataupun tindakan.Â
Elemen penting dalam interaksi sosial adalah adab. Tanpa adanya adab, proses interaksi sosial di antara sesama manusia itu akan kacau balau. Bahkan tanpa adanya adab, interaksi sosial bisa jadi tidak akan pernah terbangun. Orang yang berilmu tanpa adab, sama halnya menghinakan, menihilkan dan membumihanguskan ilmu sekaligus martabat orang yang bersangkutan.
Salah satu adab yang harus diperhatikan dalam interaksi sosial selaku umat Islam adalah musafahah (bersalaman, berjabat tangan) tatkala bertemu. Baik itu musafahah dengan sesama teman, orangtua ataupun guru kita semua. Bersalaman dengan ketiga unsur tersebut tentu memiliki adab tersendiri. Sangatlah keliru jika kemudian kita menyamakan cara musafahah antara guru atau orangtua dengan sesama teman.Â
Kekeliruan dalam bermusyafahah inilah yang selama ini banyak dipraktekkan. Baik itu dalam tradisi personal ataupun budaya yang telah mendarah daging dalam lingkup kelembagaan. Kasus yang sama juga ditemukan di lingkungan yayasan pendidikan Islam Baitul Qur'an Tulungagung. Tak sedikit dari para santri yang membudayakan musyafahah secara keliru.Â
Menyikapi budaya yang demikian Ustadzah Elly (sapaan akrab) dalam upacara bendera hari Senin (30/01/2023) menyampaikan amanat dengan tajuk Meluruskan Adab Musyafahah yang Keliru. Bdaya musyafahah yang telah mengakar di lingkungan sekolah sudah sangatlah baik, akan tetapi dalam prakteknya masih dapat dikatakan belum benar. Utamanya tatkala para santri bermusyafahah kepada dewan asatidz.
Musyafahah (salaman, berjabat tangan) yang benar dengan seorang guru hendaknya disesuaikan dengan hukum kemahramahannya. Jika seorang santri bermusyafahah kepada seorang guru laki-laki (ustadz) maka sebaiknya ia melakukan adab sebagai berikut:
1. Menghampiri ke hadapan guru yang bersangkutan. Jarak di antara keduanya kurang lebih 30 cm.
2. Menyodorkan kedua tangan terlebih dahulu.