Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sejati, penulis dan pegiat literasi

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Book

Pengalaman sebagai Sumber Goresan Tinta

2 Januari 2023   23:58 Diperbarui: 3 Januari 2023   00:24 635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Foto buku yang diresensi)

Contoh konkret Blendrang dipandang sebagai makanan khas daerah, cerita yang ditulis Zidna Nabilah dengan judul Blendrang dari Indonesia. Dalam tulisan tersebut disebutkan bahwa kata Blendrang menegaskan makanan khas daerah Jawa yang hanya akan ditemukan maknanya jika kita mencari dalam kamus online Jawa-Indonesia. Khalayak ramai di wilayah Jawa Timur mungkin sudah "ngeh" dengan istilah Blendrang. Kendati demikian, di Magelang, Blendrang disebut pula dengan nama wayu. (Hlm. 133-134).

Lain halnya dengan ulasan cerita Blendrang yang dikaitkan dengan nuansa perjuangan. Tulisan Ahmad Suherdi dengan judul Blendrang Gosong menceritakan bagaimana ia berusaha mencukupi kebutuhan hidupnya sebagai seorang mahasiswa sekaligus santri yang tinggal di pondok pesantren. Dalam ulasannya disebutkan, bagaimana ia menyiasati hidup hematnya dengan berusaha memasak sendiri di dapur pondok. Termasuk belajar dan memahami komponen sayur Blendrang. 

Akan tetapi yang menjadi kesan berharga baginya di pondok adalah tatkala ia berencana membuat sayur Blendrang namun hasilnya sangat menyedihkan. Yang mana sayur Blendrang yang dipanaskannya gosong efek lupa karena ditinggalkan mengerjakan tugas lain. (Hlm. 13-17).

Masih senada, cerita yang dituliskan Ahmad Sugeng Riyadi dengan judul Ragam Sudut Tatap 'Jangan Blendrang' yang termasuk kategori kaitan antara Blendrang dengan perjuangan menegaskan, bahwa sayur Blendrang adalah simbol dari hidup keprihatinan. Disebutkan, konon katanya, pada masa penjajahan sayur Blendrang muncul disebabkan dampak pailit dari peperangan. (Hlm. 11).

Sementara ulasan Blendrang yang diceritakan dengan menggunakan sudut pandang berdasarkan ragam jenis komponen yang meliputinya, misalnya sebagaimana yang dituliskan Eni Setyowati dengan judul Jangan Blendrang: Sebuah Realita. Tulisan tersebut menyebutkan bahwa terdapat ragam jenis komponen yang terdapat dalam sayur Blendrang. Misalnya kacang koro, pepaya muda, tewel, kacang panjang, rebung bambu dan lain sebagainya. (Hlm. 35).

Idealnya tidak semua sayuran dapat dijadikan Blendrang, melainkan hanya beberapa jenis sayuran yang diasumsikan aman dan dari unsur ketahanan serat saja yang dapat dijadikan Blendrang. Misalnya sayur bayam dan kangkung tidak dapat dijadikan Blendrang.

Tersodornya 29 topik yang dimilki buku antologi ini, hemat saya, hal itu menjadi keunikannya tersendiri. Sebab melimpah ruahnya topik yang dibahas dan ditinjau dari sudut pandang pengalaman subjektif menjadikan setiap cerita yang ditampilkan tampak unik. Orsinilitas tulisan yang benar-benar terasa karena diramu sedimikian rupa berbasis pengalaman.

Tulungagung, 03 Januari 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun