Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar sejati, penulis dan pegiat literasi

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

3 Manfaat Menulis yang Harus Kamu Ketahui

3 September 2022   12:08 Diperbarui: 3 September 2022   12:14 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak hanya menyampaikan enam kunci yang berlaku dalam proses menulis, pada kenyataannya Prof. Naim juga mendedahkan tiga manfaat yang dapat kita petik dari kegiatan menulis. Manfaat itu beliau singkat menjadi 3 J, yakni Jeneng, Jenang dan Jangka. 

Pertama, Jeneng. Dalam bahasa Jawa, Jeneng berarti nama. Seorang penulis buku, jurnal atau bentuk karya lainnya pada umumnya akan dikenal pertama kali melalui namanya. Maklum saja, nama seorang penulis buku biasanya tercantum dalam cover, katalog atau profil penulis dalam sebuah buku yang dikarangnya. Bahkan di era teknologi informasi mutakhir sekarang, mencari nama penulis buku itu cukup browsing di perpustakaan data yang kerapkali kita sebut dengan Mbah Google.

Dari sana, maka tak heran jika kemudian banyak di antara kita mafhum dengan penulis yang dipandang masyhur namanya, bahkan melintasi bentang zaman namun masalah kenal atau tidak dengan orangnya adalah sesuatu hal yang sama sekali berbeda. 

Sebagai contohnya, saya kira tidak asing lagi tatkala kita menyebut nama Pramoedya Ananta Toer, Buya Hamka Hamzah, Kuntowijoyo, Azyumardi Azra, Max Weber, Abu Hamid Al Ghazali, Koentjaraningrat, Clifford Geertz, Karen Armstrong dan lain sebagainya. Nama mereka melambung melalui karyanya namun soal siapa yang sempat bertatap muka langsung dengan yang bersangkutan hanya sebagian yang beruntung saja.

Fakta itu mengajarkan kepada khalayak umum bahwa jika ingin dikenal namanya, terabadikan gagasan dan pemikirannya, memberikan manfaat yang tak lekang dimakan waktu, salah satunya yakni dengan memberikan sumbangsih melalui suatu karya. Bisa jadi karya yang kita buat bermanfaat untuk sebagian orang dan kita mencicipi hasilnya di Mayapada hingga kelak di Yaumil Jaza. Saya kira harapan yang demikian pula yang diidam-idamkan oleh seorang penulis buku dan lainnya.

Kedua, Jenang. Dalam bahasa Jawa kata Jenang dilekatkan pada suatu jenis makanan. Umumnya Jenang dibuat dalam acara-acara peristiwa tertentu. Misalnya acara tasyakuran, pernikahan dan lainnya. Dengan demikian, di Jawa Jenang adalah makanan khas yang identik dengan sakralitas yang berlaku dalam kehidupan manusia yang syarat akan makna mendalam. Bahkan Jenang memiliki banyak varian (rasa, bahan dan warna) dan masing-masing memiliki arti penting tersendiri. Masing-masing jenis Jenang menyimbolkan filosofi kehidupan manusia. 

Adapun Jenang dalam konteks ini bermakna keuntungan yang diraih. Keuntungan yang diraih dalam bentuk materiil disebut royalti. Besaran royalti yang akan diterima oleh penulis sendiri bergantung pada tiga postulat: dengan penerbit mana buku itu dicetak, MoU antara dua belah pihak dan nasib buku di pasaran. 

Umumnya besaran royalti yang akan diterima oleh penulis sangat dipengaruhi di mana buku kita dicetak. Buku yang diterbitkan oleh penerbit mayor tentu memiliki nasib yang jauh lebih mujur daripada buku yang diterbitkan di penerbit indie (minor). Baik itu dari segi fisik: kualitas kertas, konten hingga mutu yang disodorkan. Kendati demikian, tidak dapat dipungkiri ada juga penerbit indie (minor) yang menerbitkan buku dengan kualitas, konten dan mutu yang terjamin.

Perbedaan besaran royalti yang dilatarbelakangi oleh faktor penerbit buku ini sejatinya terjadi karena penerbit mayor kerap membuat MoU antara dua belah pihak yang menjanjikan dan memiliki orientasi yang jelas dalam pangsa pasar. Gramedia atau Mizan misalnya. Kedua penerbit mayor tersebut selain memiliki toko buku tersendiri juga melakukan marketing produk secara terstruktur dan masif. Bahkan di beberapa momentum tertentu kerap memberikan diskon khusus bagi para pelanggannya. 

Selain keuntungan secara materiil, penulis juga dapat meraup keuntungan non materiil. Misalnya menambah relasi pertemanan, menambah pengetahuan dan pengamalan serta kepuasan psikologis. Tentu saja keuntungan non materiil ini sifatnya lebih kekal jika dibandingkan dengan keuntungan sebelumnya. Meski begitu, dua jenis keuntungan yang dituai dari kegiatan menulis ini tidak mungkin diraih oleh khalayak orang yang tak pernah berkarya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun