"Mulailah berhenti berpikir untuk menjadi pahlawan yang mengedepankan segala bentuk keegoisan, terlebih jika menyadari  bahwa team work itu lebih baik daripada apa yang bisa kita lakukan," Dewar Alhafiz.Â
Satu hari menjelang perhelatan Kopdar ke-7 Sahabat Pena Kita (SPK), saya dibuat kelimpungan bukan kepalang karena persyaratan untuk daftar mengikuti webinar nasional itu belum terpenuhi. Tautan link pendaftaran keikutsertaan webinar yang dishare di grup WhatsApp pun belum terisi.
Setiap orang yang tergabung sebagai anggota SPK; baik pusat ataupun cabang memang gratis untuk mengikuti, namun apa jadinya jika kartu tanda anggota (KTA) SPK yang menjadi salah satu persyaratan yang harus diunggah pada formulir pendaftaran keikutsertaan webinar itu belum berhasil saya miliki.
Jauh-jauh hari sebelum acara ini, sebenarnya KTA SPK telah tersimpan rapi di laman resmi SPK pusat. Tugas masing-masing anggota SPK selanjutnya hanya perlu mendownload saja. Mengetahui hal itu, saya dengan segera menyengaja mengunjungi laman yang dimaksud dengan tujuan utama mengambil KTA.Â
Tatkala itu saya berhasil mendownload KTA, akan tetapi, mirisnya, file fotonya tidak bisa dibuka. Berkali-kali saya coba, namun hasilnya tetap sama. "Mungkin kegagalan ini hanya masalah jaringan semata," geremang saya dalam benak waktu itu. Atas kegagalan itu pula setelahnya saya tidak sempat kembali mencoba, hingga akhirnya sang waktu mendudukan saya pada keadaan lupa.
Bak trauma lama yang menggurita, apalah daya, kini saya dihadapkan kembali dengan problem yang sama, mengingat kewajiban mengunggah foto KTA SPK sebagai persyaratan keikutsertaan itu telah di depan mata. Tak butuh waktu lama untuk berhasil meraba-raba kembali letak file KTA dalam laman SPK, lantas saya mendownloadnya, namun hasilnya seperti mengulas jejak yang sama. Foto KTA tidak bisa dibuka, dan saya kecewa.
Menyadari kegagalan usaha itu, aporisma permohonan bantuan saya lontarkan di grup "penggemuk" SPK Tulungagung. Besar harapan saya, akan ada tali kasih dari tangan-tangan ajaib yang sebelumnya tak pernah terduga. Benar saja, Mas Mohammad Alfin (red; Alfin, selaku bendahara 2 SPK Tulungagung) menyatakan pengalamannya atas problem yang sama dan ia bersedia membantu saya.
Pelan-pelan saya mencoba mengikuti arahnya, namun saya selalu terjerembab di jurang yang sama, gagal. Pada akhirnya, ia memutuskan mencoba mengatasi problem itu seorang diri, dengan syarat memberikan password dan username yang sifatnya rahasia. Tak apa, untuk kasus ini bagi saya hal privasi itu pengecualian, bukan masalah yang berarti daripada tidak bisa ikut berpartisipasi.Â
Entah ilmu dan ajian apa yang dimiliki Mas Alfin, di tangannya urusan itu dengan sejenak teratasi. Foto KTA saya berhasil ia kirim via WhatsApp dengan hitungan jari. Sontak, ucapan terima kasih saya layangkan kepadanya dengan sepenuh hati, meski file foto KTA itu sempat nyasar ke grup "penggemuk" SPK Tulungagung tidak dapat dipungkiri.Â
Akan tetapi lantaran keberhasilan itu pula akhirnya dua teman yang lain ikut-ikutan mengandalkan Mas Alfin yang ringan tangan. Tidak hanya itu, bahkan Mbak Anis (red; sapaan akrab) selaku sekretaris 2 SPK Tulungagung juga sempat mengkhawatirkan tentang nasib yang sama akan menimpa semua anggota.Â