Anda bingung ya? Sama, saya juga. Untuk lebih jelasnya mari kita ambil satu contoh. Manakala kita menyebut suatu kata maka dalam suara itu pula terdapat penanda yang disebut imaji bunyi. Selanjutnya melalui imaji bunyi tersebut menghubungkan kita pada konsepsi dasar dalam memori alam bawah sadar manusia tentang hal yang dimaksud. Hingga akhirnya, muncullah definisi dan pemahaman tentang objek tersebut secara detail.
Misalnya saja tatakala kita menyebutkan kata 'mawar', maka dalam sekejap mata suara itu mempunyai hubungan (relasi) dengan petanda yang terdiri dari konsep-konsep dasar atas mawar. Entah itu rekoleksi data yang menyebutkan mawar itu bunga yang berkelopak, tersusun rapi, harum memiliki warna indah, dan lain sebagainya.
Pemahaman dan kemampuan mendefinisikan khalayak tentang kata mawar inilah yang kemudian disebut perluasan bentuk atau makna sekunder oleh Barthes. Sementara sebutan khas bahasa daerah (bahasa ibu) yang digunakan untuk mawar disebut meta bahasa.
Tertegun itu telah usai. Kini kembali pada kelengangan yang hendak saya ceritakan. Kelengan itu sebenarnya tidak benar-benar dalam keadaan lengang. Loh bagaimana bisa? Pasalnya dalam kurun waktu empat hari itu nyatanya saya menemukan diri tetap menulis. Menulis satu-dua paragraf yang terfokus guna membayar utang tulisan di grup sebelah.
Kalau tidak percaya, silakan anda cek sendiri di aplikasi note yang ada di smartphone saya. Masih kekeh belum percaya? Silakan chat, nanti saya kirimkan screenshotnya via WhatsApp. Heuheu
Anehnya itu, kalau biasanya saya merasa tidak punya beban karena malas, menunda dan sengaja lupa untuk tidak menulis namun sekarang rasa-rasanya justru sebaliknya. Tidak menulis sehari saja rasanya menjalani aktivitas keseharian pun merasa kurang ngeh dan ada yang mengganjal, sebab ada satu hasrat yang belum terlampiaskan.
Semoga perasaan tidak ngeh dan mengganjal karena tidak menulis itu menjadi suatu tanda. Terdapat sesuatu hal yang menggembirakan di ujung perjuangannya.
Tulungagung, 10 Agustus 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H