Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tuan Corona

15 Juli 2020   10:52 Diperbarui: 15 Juli 2020   10:59 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Gelagat aneh muncul dari rupawan yang tak dinyana
Hadirnya begitu saja
Menyita perhatian publik melapang ke muka
Tanpa bertele-tele pun imbuhan sapa tak bernorma

Tuan muda Corona menjadi tamu tak terduga
Pikirku, kedatangannya hanya seorang diri tanpa balatentara
Singgahnya hanya sekejap mata ke negeri panda
Teruntuk memborong sekantong cenderamata

Nampaknya ia bukan sedang tersesat dengan sengaja
Tapi bukan pula hendak mengais nasib pada sejarah warga Tionghoa
Dalam benakku bertanya-tanya
Menyanksikan kehadirannya
"Jelas kenakalannya takan sampai ke negeri mama!"
Yang tak mungkin berani menginjakkan kaki di Nusantara

Mungkin demikian sergah pribumi di balik do'a
Antara menghamba dan mengiba
Antara harapan dan cita-cita
Antara keengganan dan usaha

Ah, santai saja
Barangkali tuan muda itu sedang sibuk menyelesaikan urusannya
Bersikukuh keras menata goresan cela di kedua kantong mata
Pun mungkin sedang sakau bereuforia

Mungkin pula,
Barang sesaat, tuan muda tertarik belajar kungfu pada rakyat Wuhan yang terkenal akan popularitasnya
Atau mungkin sekadar meraup ilmu perdagangan yang sedang naik daun eksistensinya

Tapi gerangan apa yang kutemukan di sana?
Faktanya jauh di luar prasangka
Ternyata tuan muda juga doyan menelisik silsilah dunia
Melalang buana ke mana-mana,
Menerobos sekat-sekat teritorial yang ketat dijaga para tentara

Mulanya tuan muda berniat memesan tiket kereta
Bertekad baik pada semesta,
Hendak berta'aruf tanpa mengenal batas usia
Menjadikan khalayak manusia sebagai saudara
Merengkuh semua umat beragama untuk terjaga

Ah, sayang berjejalnya egoistis itu melukainya
Hobi baru tuan muda semakin menggila,
Bertamu sesuka hati pada mereka-mereka yang divonis merawat celaka,
Ya, mereka yang tercatat mengidap sakit kronis telah lama

Kini kehadirannya dibenci dan dicerca
Memancing timbul udara panas yang bernafaskan huru-hara
Menjelma algojo memberangus nyawa
Tua-muda sama saja, kemungkinan itu mendekapnya

Kompetisi ekonomi skala global dibuatnya ambyar seketika
Bualan publik pun kini tak lagi banyak fokus menyorot keakuan ulung Cina-Amerika
Bukan pula mengorek kekuatan misil yang mereka punya
Bukan pula membongkar konflik rasisme yang akhir-akhir ini menggema

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun