Mohon tunggu...
Roni Ramlan
Roni Ramlan Mohon Tunggu... Freelancer, Guru - Pembelajar bahasa kehidupan

Pemilik nama pena Dewar alhafiz ini adalah perantau di tanah orang. Silakan nikmati pula coretannya di https://dewaralhafiz.blogspot.com dan https://artikula.id/dewar/enam-hal-yang-tidak-harus-diumbar-di-media-sosial/.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Putus Asa

14 Juli 2020   07:58 Diperbarui: 14 Juli 2020   07:58 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bergeming banyak atas bagian cerita kehidupan
Pikirnya, pilu hanya pil pahit yang menambah  naas penderitaan
Sementara, suka cita bak hujan di tengah gersang ketandusan
Tak ada keabadian, yang tersisa hanya pos-pos pilihan

Semua kurang-lebih hanya berkutat dalam kesementaraan
Berpihak pada rotasi permainan
Berpijak pada pertautan kecenderungan
Tentang hidup apa-apa gandrung akan ketergantungan
Sesuai racikan bumbu-bumbu dapur berparas kepentingan

Sebagai tawanan waktu itulah manusia merasa risau
Khawatir yang melulu menjamah diri membuat ia tak berhenti mengigau
Kesah jamuan hidup kian hari menjadikan ia merasa kacau
Tak berakhirnya ujian datang bertubi-tubi lantas menempatkan manusia dalam galau

Di sini, manusia mulai mengartikan hidup layaknya terdampar di pengasingan pulau
Berdiri persis dalam kepungan ranjau
Alur kisahnya tak ayal hanyalah bajau
Dan harapan itu hanya sebatas belau
Kehendak akutnya untuk melena tak lain adalah wujud berengau

Di lain kesempatan manusia diam-diam mulai merancau
Ia mengutuk anugerah kehidupan bersinonim dengan betau
Mencerca gunungan tekad layaknya cericau
Dan dahaga terpenuhi kebutuhan hidup hanya seutas cerau

Dalam kepayahan itu ia melamun di atas dangau
Tempatnya persis berada di darau
Sesekali manusia tenggelam dalam nikmat mendedau
Lantunan suara itupun melangit tinggi menderau

Sesekali manusia-manusia itu mendesis desau
Sembari menatap tajam embarau
Mungkin tatkala itulah mereka sedang berselam dalam enau
Sedikit demi sedikit hanyut dalam menggagau

Terkadang ia bertingkah seolah-olah baru tergegau
Sehingga yang sempat ia lakukan hanya menggergau
Ah, tapi gergau itu bukan karena gerinyau
Bukan pula kenakalan hewan kecil itu yang kusebut jenangau

Mungkin benar adanya persepsiku tentang kehidupan di dunia ini hanyalah gurau
Aku sebagai hamba yang papa mana mungkin mengalicau
Dan nyatanya manusia-manusia itu hanya kiaupau
Yang gencar terngiang-ngiang mendapat kangtau

Sementara sebagian orang sibuk merantau di antarpulau
Si kerdil itu terperangkap dalam genangan air mata masa lampau

Tertanda si pengharap angpau
Tulungagung, 14 Juli 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun