Tiga hari kemarin [Kamis, 21/01,2016] Presiden Joko Widodo meresmikan dimulainya Proyek Besar Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung, proyek itu direncanakan akan selesai dan beroperasi pada akhir tahun 2018. Seperti biasa apapun hal di Indonesia selalu menjadi bahan perdebatan, begitu pula proyek tersebut ramai digunjing masyarakat dan jadi bahan perdebatan ada yang pro ada yang kontra. Pak Jonan sendiri sebagai Mentri yang bertanggung jawab urusan perkeretaapian sepertinya tidak terlalu dilibatkan. Seperti kita tahu Jonan termasuk yang kurang setuju dengan dibangunnya Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung walau akhirnya menandatangani juga izin trasenya.
Mereka yang tidak setuju menjembreng begitu banyak negatifnya apabila proyek tersebut tetap dilaksanakan. Sebagian orang bilang Jokowi terlalu memaksakan proyek tersebut dan saya termasuk yang menganggap Jokowi memang memaksakan diri meresmikan proyek Kereta Api yang katanya cepat tersebut.
Banyak hal negatif dibeber termasuk diantaranya izin Amdal yang belum siap. Mereka juga mengatakan Indonesia belum memerlukan kereta cepat apalagi kalau cuma sampai Bandung kalau mau dipaksakan juga mestinya ya sekalian sampai Surabaya. Wow berapa dong biayanya dan dari mana?.
Yang paling mengerikan berkaitan dengan pembiayaanya yang diambil dari utangan, dikatakan Indonesia bisa terlilit utang yang mengakibatkan Indonesia bisa bangkrut kalau memaksakan juga proyek tersebut sebagai contoh disebut kebangkrutan Yunani itu akibat memaksakan proyek-proyek besar ketika mempersiapkan Olimpiade 2004 dulu.
Menurut saya Jokowi memang terlalu memaksakan proyek tersebut, tapi saya setuju kita memang harus memaksakannya kalau tidak kapan lagi Indonesia punya moda transportasi canggih sekalipun mungkin manfaatnya baru terasa sepuluh atau lima belas tahun mendatang.
Pemikiran saya sederhana saja. Dari pengalaman pribadi ketika kawinan dulu, maksud saya menikah gitu lho ada teman dan saudara yang bilang kalau saya terlalu memaksakan diri karena dianggapnya saya belum siap berumah tangga, belum punya rumah, belum punya mobil itu antara lain. Lha bagaimana punya rumah, punya mobil, pekerjaan saja belum mapan; tapi saya tidak peduli saya tetap maksa dan ternyata enak, sampai sekarang sudah lebih dua puluh tahun saya dan istri fine-fine saja malah tambah enak….heheh…
Soal hutang saya juga punya pengalaman, ketika itu saya butuh kendaraan roda empat tapi kondisi keuangan kurang mendukung tapi saya tetap memaksakan diri dengan mencari utangan. Alhasil sekarang hutang selesai mobil pun masih utuh di garasi….heheh..
Terpenting adalah berfikir positif, bekerja dan jangan lupa BERDOA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H