Mohon tunggu...
Ahmad Saukani
Ahmad Saukani Mohon Tunggu... Administrasi - pensiun bukan lantas berhenti bekerja

pensiun bukan lantas berhenti bekerja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pengantinan Ala Saudi

15 Oktober 2010   17:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:24 906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_291045" align="alignleft" width="300" caption="rumah sang pengantin terang benderang (a.saukani)"][/caption] Rentetan bola lampu puluhan watt yang dirangkai dan dipasang diatap rumah itu membuat tambah benderang disekitar, biasanya itu pertanda yang empunya rumah ada punya hajatan,itu kebiasaan orang Arab yang sepertinya sudah membudaya, tagihan listrik bukan masalah buat mereka, karena tarif dasar listrik masih relatif murah, dan benar kiranya Syam pemuda yang biasa mengendarai Inova putih mengundang kami, untuk menghadiri pesta pernikahannya, mereka juga biasa mengedarkan surat undangan kepada, teman, saudara, dan handai taulan, pesta akan di helat disebuah gedung pertemuan, yang tidak terlalu jauh dari tempat kami bermukim. Inova yang saya maksud yang biasa di kendarai Syam, adalah mobil Toyota Inova buatan Indonesia yang sudah banyak berseliweran di Makkah, termasuk mobil favorit bagi yang berkantung tidak terlalu tebal, harganya cukup ekonomis buat ukuran mereka, sebagai orang Indonesia ada rasa bangga karenanya, tapi sayang walau bagaimanapun tetap Toyota yang di sandangnya, lain halnya dengan India mereka bisa memasukan Tata mobil produksi dan mereknya sendiri. ************************************ [caption id="attachment_291052" align="alignright" width="300" caption="sang pengantin gagah berjubah hitam (a.saukani)"][/caption] Syam, sang pengantin dengan jubah hitam berdiri gagah diapit bapak mertuanya dan saudara laki-laki pengantin perempuan, mestinya bapaknya Syam ada di situ namun bapaknya sudah berpulang, jadi dia hanya ditemani paman dan kakak laki-lakinya saja, jangan bayangkan pengantin duduk di pelaminan seperti yang kita kenal di Indonesia, pengantin pria hanya duduk dikursi biasa diudara terbuka, menyambut setiap tamu yang datang. Setelah cipika-cipiki mengucapkan selamat kepada pengantin, kami duduk-duduk di hamparan karpet di udara terbuka yang sudah disediakan ada juga yang duduk-duduk di dalam ruangan besar juga dihamparan karpet, tidak ada acara apapun apalagi upacara seremonial seperti banyak kita temui di Indonesia, para tamu duduk berkelompok dan hanya ngobrol-ngobrol saja di suguhi teh dimana pelayan terus menerus menyodori setiap kali gelas di tangan kami kosong. Anak-anak di manapun sama, kalau ada keramaian seperti ini, mereka amat bergembira dengan pakaiannya yang terbaik berlarian kesana kemari, bercanda ria, saling kejar, kadang juga berkelahi bikin kekacauan, tapi ya itulah dunianya anak-anak, sebentar mereka akan damai kembali. [caption id="attachment_291062" align="aligncenter" width="300" caption="hidangan nasi briyani satu nampan besar (a.saukani)"][/caption] Sementara di ruang sebelah yang tertutup, pintu masuknya pun berjauhan dari pintu masuk ketempat pengantin pria, sayup-sayup terdengar tabuhan rebana dan ketimpring sesekali terdengar pekikan khas perempua Arab yang mengekpresikan kegembiraan, disitulah pengantin perempuan bercengkerama dengan para undangan, teman, keluarga dan handai taulan, biasanya pestanya kaum ibu ini akan berlangsung hingga dini hari dan tentu saja saya tidak bisa bercerita bagaimana meriahnya suasana pesta didalam. Jam sebelas lebih semua tetamu sudah hadir, sudah puas ngobrol dan minum teh, maka datanglah yang di tunggu-tunggu, hidangan utama nampan-nampan besar nasi briyani dengan potongan-potongan besar daging kambing, beberapa piring kecil salad dan lalapan berupa irisan timun ada juga kue manisan untuk penutup, satu nampan besar nasi briyani ini kami hadapi dengan berlima, makan bejamaah seperti ini lebih afdol dan lebih nikmat rasanya dengan betelanjang tangan alias comot tanpa sendok, kami tau tidak akan sanggup menuntaskan semua isi nampan ini, tapi apa boleh buat begitulah aturan mainnya. Sedikit lewat tengah malam, perut kami sudah wareg, sudah bersih-bersih cuci tangan Syam masih kelihatan sibuk dengan karabat dekatnya, tanpa pamit kami ngeloyor begitu saja. "selamat menempuh hidup baru Syam !"

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun