Mohon tunggu...
Ahmad Saukani
Ahmad Saukani Mohon Tunggu... Administrasi - pensiun bukan lantas berhenti bekerja

pensiun bukan lantas berhenti bekerja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengalaman Berobat Alternatif Ala Arab

12 Mei 2012   15:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:23 1122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_181007" align="aligncenter" width="448" caption="kaki saya yang di key, dislomot besi panas/ahmad saukani"][/caption] ahmad saukani:

Rasanya obat herbal yang saya konsumsi hampir seminggu ini sudah mulai menampakan hasilnya. Gangguan kesehatan yang saya rasakan hampir tiga bulan selama tiga hari ini tidak kambuh dan mulai terasa nyaman. Namun didorong keinginan sembuh total dan rasa penasaran, saya menyetujui ajakan seorang teman kantor untuk berobat secara alternatif. Teman-teman termasuk orang lokal dan pimpinan saya yang arab asli sangat peduli terhadap kondisi saya. Bulan kemarin hampir tiap minggu saya harus bolak-balik ke rumah sakit. Kepedulian teman-teman baik yang sesama Indonesia maupun teman dan pimpinan yang orang Saudi membuat saya terharu.

Kira-kira satu jam selepas sholat jum’at kemarin teman saya tersebut telepon menanyakan apakah saya siap. Saya katakana siap dan segera saya telepon sohib saya pak Budi untuk turut bersama kami. Sekitar jam setengah empat kami bergerak meninggalkan Mekkah. Tempat yang kami tuju menurut teman saya kira-kira 80 kilimeter kearah Madinah.

Tidak sampai satu jam kami sudah tiba di satu kota kecil antara Mekkah dan Madinah. Namun tempat praktek Sang Tabib begitu teman saya menyebutnya tidak kami ketahui dengan pasti. Namun rupanya Sang Tabib sudah cukup dikenal, sekali bertanya seseorang mengantar kami ketempat tujun.

Kami berjalan beriringan dan tentu saja kendaraan kami mengekor sang pemandu. Ternyata tempat Sang Tabib cukup jauh di pedesaan. Sekitar lima kilometer kami harus melewati jalan yang berkelok-kelok tapi dengan aspal yang licin dan pemandangan yang cukup indah dengan dikiri-kanan perumahan diselingi dengan perkebunan sayuran dan beberapa kebun kurma.

Walaupun pedesaan banyak saya lihat rumah-rumah bagus dengan arsitektur modern. Akhirnya kami tiba di satu Masjid yang cukup terawat pas waktu sholat ashar dimulai. Kami sudah berpisah dengan pemandu, setelah lepas sholat kami tanya-tanya ternyata rumah Sang Tabib tidak terlalu jauh dari Masjid. Bahkan ternyataq Sang Tabib sendiri ada sholat berjamaah bersama kami tadi.

[caption id="attachment_181009" align="aligncenter" width="300" caption="list makanan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi/ahmad saukani"]

13368368531285067850
13368368531285067850
[/caption]

Rumah Sang Tabib cukup sederhana ada dua unit tampaknya yang satu untuk kediaman Beliau dengan keluarganya satunya lagi khusus untuk menerima tamu. Seperti kebanyakan keluarga arab yang masih tradisionil tidak ada kursi disitu, kami duduk dilantai yang dialasi karpet. Setelah ngobrol-ngobrol sebentar saya segera diperiksa, Sang Tabib menanyakan apa keluhannya. Setelah tau apa keluhan yang saya rasakan.Sang Tabib sambil duduk bersila sementara saya selonjor dihadapannya. Mulai memijat-mijat sekitar sepuluh senti diatas mata kaki dan sedikit dibawah mata kaki.

Seperti cara pemijat repleksi begitu cara Sang Tabib beraksi. Ada rasa sakit yang saya rasakan ditempat pijatannya dan kemudian diberi tanda. Setelah kaki kiri dan kanan saya dipijat dan diberi tanda. Sang Tabib menyalakan kompor “sawi narr” (harus dipanasi) katanya.

Sebatang besi kecil yang ujungnya sudah ditumpulkan dibakar diatas kompor tadi. Rupanya ini peralatan andalan Sang Tabib. Terbayang ingatan saya kuda yang diceplok besi panas di film-film cowboy yang pernah saya lihat, cukup mengerikan. Sudah tidak ada lagi kesempatan untuk mundur saya pasrah saja dengan apa yang akan dikerjakan Sang Tabib. Cara pengobatan tradisionil seperti ini disebut KEY sudah ratusan tahun dikenal di masarakat Arab.

Nyussss…..nyussss… empat kali kaki saya yang sudah ditandai dislomot dengan besi yang sudah dipanasi tadi, saya pejamkan mata sambil komat-kamit berdo’a, bau sangit memenuhi ruangan. sebentar saja urusan selesai. Hasilnya empat luka bakar yang membengkak dan memerah.

Kemudian Sang tabib menyerahkan selembar kertas foto copi yang berisi daftar makanan, sayuran dan buah-buahan yang boleh dan tidak boleh dimakan. Rupanya ada pantangan yang harus saya jalani. Semua sayuran tidak boleh saya konsumsi kacauali, sawi, timun dan wortel. Ayam yang sudah dibekukan, daging, macam-macam ikan dan telur tidak boleh saya konsumsi dan ada beberapa lagi.

Selain daftar makanan yang tidak boleh dikonsumsi ada dibawahnya daftar makanan yang boleh dikonsumsi. Uniknya pada list makanan yang boleh saya konsumsi selain nasi putih, roti gandum dan keju ada tercantum disitu Indomie. Luar biasa ini berarti indomie betul sudah dikenal dan merasuk ke kampung-kampung dan menjadi menu keseharian orang Arab.

[caption id="attachment_181010" align="aligncenter" width="300" caption="boleh makan indomie/ahmad saukani"]

133683706926969813
133683706926969813
[/caption]

.

mekkah 12 mei 2012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun