[caption id="attachment_148198" align="aligncenter" width="448" caption="kafe khas arab di mekkah (ahmad saukani)"][/caption] Bukan mau keren-kerenan ikut-ikutan gaya anak muda, apalagi hari masih terbilang pagi, masih jam kerja kami duduk-duduk di Kafe. Sebab bisanya saya bersama mas Rudy nongkrong disini lantaran Sang Empunya kafe rupanya punya hubungan dekat dengan pimpinan kami. Sudah biasa saya lebih mendahulukan pekerjaan titipan baru kemudian menggarap pekerjaan rutin. Telepon di kafe tersebut mengalami gangguan. Mestinya seperti pelanggan lain sang pemilik kafe lapor ke bagian gangguan. Tapi itu tidak dilakukannya. Apapun ini masih bagian tugas kami, saluaran telepon kafe tersebut kami perbaiki. Tidak butuh banyak waktu untuk memperbaikinya.
[caption id="attachment_148199" align="alignleft" width="300" caption="mas Rudy duduk santai (ahmad saukani)"][/caption] Setelah selesai kami segera pamitan berniat meluncur kepekerjaan pokok kami. "Sebentar duduk-duduk dulu minum teh" si empunya kafe menahan kami. Pelayan sudah menyiapkan 2 gelas teh untuk kami. Kafe ini sudah cukup dikenal di seputar Aziziyah, selalu ramai dikunjungi pelanggan dan mereka buka hingga lewat tengah malam. Kafe mungil ini terletak disalah satu sudut taman di Aziziyah paling banyak dapat menampung 30 orang pelanggan dalam waktu bersamaan. Disekat menjadi 6 ruangan kecil yang saling berhadapan. Tidak ada hinggar-bingar suara musik, tidak ada sepotong kursipun disitu, pelanggan cukup duduk lesehan. Tidak juga ada yang istimewa disini, minuman yang disediakan selain minuman ringan, kue kering, kurma dan teh yang paling diandalkan adalah Qahwa kopi khas Arab. [caption id="attachment_148201" align="alignleft" width="300" caption="Nur si pelayan tunggal yang ramah sibuk meracik qahwa (ahmad saukani)"][/caption]
Pagi itu Nur seorang diri dengan lincah dan ramah melayani pelanggan. Nur tampaknya sudah sangat akrab dengan para pelanggan. Jangan punya pikiran macam-macam. Nur yang lincah ini mengenakan rok mini, bergincu dengan senyum dan lirikan matanya yang nakal. Nur seorang pria anak muda dari Bangladesh, dia tampaknya sangat dipercaya oleh pemilik kafe terbukti dia sebagai pelayan terkadang juga merangkap kasir. Qahwa racikan Nur rupanya banyak yang menyukai, pagi ini saya lihat banyak pelanggan yang bawa termos kecil minta diisi qahwa.
[caption id="attachment_148204" align="alignright" width="300" caption="si boss pemilik kafe sekaligus kasir (ahmad saukani)"][/caption] Banyak orang arab yang biasa bawa qahwa kekantor atau ketempat pekerjaannya. Kejelian Si Boss, saya lupa namanya sebagai pemilik kafe melihat ini sebagai peluang. Itu sebabbnya kafenya sudah buka pagi hari. Ketika kami duduk disitu ada dua kelompok kecil, dua orang tampaknya orang Mesir. Satu kelompok lagi yang bersebelahan dengan kami orang lokal tampak asik berdiskusi, saya tidak punya keberanian ambil gambarnya. Sangat riskan ambil foto orang Arab yang tidak dikenal bisa panjang urusannya. Gaya hidup santai ngobrol duduk-duduk di kafe sudah cukup lama merambah sampai ke Mekkah. Banyak kafe-kafe bermunculan.Tidak semua orang tentunya datang ke kafe cuma sekedar mau ngobrol, tapi mereka juga bicara pekerjaan dan bisnis. Bukan mustahil gagasan cemerlang, bisnis besar kelas kakap lahir dari tempat sederhana seperti ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H