Mohon tunggu...
Ahmad Saukani
Ahmad Saukani Mohon Tunggu... Administrasi - pensiun bukan lantas berhenti bekerja

pensiun bukan lantas berhenti bekerja

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Buku yang Melanglang Buana

11 Juli 2011   17:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:45 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1310403673686067385

[caption id="attachment_119249" align="alignright" width="300" caption="buku pelajaran smp (a.saukani)"][/caption]

Sejak anak-anak kita sudah diperkenalkan dengan Buku. Seusia TK kita diperkenalkan dengan buku-buku bergambar. Kita diajari bagaimana mengenali gambar-gambar tersebut, kemudian mewarnai gambar-gambar tersebut. Selanjutnya kita diperkenalkan dengan huruf-huruf dan angka-angka.

Dengan buku tulis kita mulai belajar menuliskan huruf dan angka-angka tersebut. Setelah bisa menuliskan huruf dan angka-angka tersebut, kita akan diajari menulis dan membaca. Kemudian merangkai huruf-huruf tersebut menjadi kata-kata yang bermakna. Merangkai kata-kata menjadi kalimat.

Setelah kita bisa membaca dan menulis serta merangkai kata-kata menjadi kalimat, selanjutnya mulai belajar tata bahasa. Juga belajar menghitung, mengkalikan dan membagi dari mulai tingkatan yang mudah sampai yang rumit. Begitu selanjutnya sampai ketingkat yang lebih tinggi lagi. SMP, SMA, terus ke perguruan tinggi. Sampai kita mengenal Dunia yang luas. Bermacam ilmu dan pengetahuan.

Semua proses tersebut, selain mutlak bimbingan Guru. Buku merupakan panduan yang tidak bisa diabaikan.

Sudah seminggu ini Reyhan mengikuti kegiatan belajar mengajar. Satu minggu lebih capat dari di Indonesia. Tahun ini Reyhan duduk dikelas 9 atau 3 SMP, tapi buku-bukunya belum komplit. Kemarin waktu daftar ulang sudah terima sebagian buku-buku panduannya. Nah ini ada pertanyaan “kok harus daftar ulang yah?”. Daftarnya sih ga apa-apa di ulang. Tapi fulusnya ini.

Kami selaku wali murid tidak memerlukan jawaban dari pertanyaan diatas. Kami maklum selain sewa gedung yang mahal. Buku-buku tersebut tentu dicetak dengan tidak gratisan. Tentu memerlukan hitungan angka-angka dengan banyak nol yang berupa uang. Ditambah lagi tentunya ongkos yang tidak murah untuk perjalanan buku-buku tersebut melintas samudra.

Sekolah Indonesia Mekkah (SIM). Di situ Reyhan menimba ilmu bersama teman-temannya. Karena sekolah ini sekolah Indonesia, tentu mengikuti kurikulum Indonesia. Tentunya dengan buku panduan yang juga sama dengan buku panduan sekolah Indonesia. Dan buku-buku tersebut tentu harus didatangkan dari Indonesia sampai di meja belajar anak-anak di Mekkah.

Pemilik nama yang tertera pada buku-buku tersebut sebagai penulis. Yang menata huruf demi huruf menjadi kata, merangkai kata menjadi kalimat. Merangkai kalimat menjadi sebuah buku yang mengantar ilmu bermanfaat. Bahkan bisa jadi tidak mengetahui bahwa bukunya melanglang Buana jauh menyebrangi samudra.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun