Sepertinya saya memang sudah tidak lagi bisa menulis. Sudah mentok. Barangkali memang sudah saatnya menyingkir. Pula selama ini apa yang pernah saya tuangkan dalam bentuk tulisan, baik opini-opini ringan politik, sosial budaya, catatan perjalanan sampai hal kuliner saya tidak pernah beraku bahwa itu karya tulis. Saya menyebutnya itu semua cuma sekedar catatan saja.
Sekian lama vakum bahkan di grup WA-pun rasanya sudah cukup lama saya hanya berdiam-diam saja, sekedar intip-intip. Sampai adminnya mangkel, dan saya gak peduli.
Sejatinya beberapa kali pernah mencoba membuat catatan ringan satu hal yang menurut saya cukup menarik untuk diopinikan atau sekedar laporan saja. Dan ternyata saya kesulitan. Betul-betul mentok, nihil besar.
Beragam teori menulis kembali saya telusuri. Hasilnya sama saja. Mentok. Kesimpulannya menurut saya, mohon maaf beragam teori dan tip menulis itu cuma penulisnya saja yang bisa mengaplikasikannya.
Siang ini (kemarin 11/01/2025) selepas makan siang yang istimewa. Dengan menu pepes ikan, sambal yang tidak terlalu pedas serta lalab petai yang direbus. Pepes ikan kembung yang beraroma daun kemangi yang kuat menurut saya betul-betul istimewa, petai rebus beserta sambal yang tak terlalu pedas hadir menyempurnakannya.
Bagaimana menghadirkan sambal yang tak pedas Saya punya tip dan trik bagaimana membuat sambal tidak terlalu pedas tapi tetap enak seperti sambal pada umumnya. Lain waktu akan saya buatkan bagaimana triknya membuat sambal enak tapi tak terlalu pedas.
Bagaimana riwayatnya kiranya sampai saya kalau boleh dibilang berinovasi dengan membuat sambal tak terlalu pedas. Padahal sejatinya yang namanya sambal mestinya pedas. Karena siapapun tahu bahan utamanya cabai yang rasanya pedas. Saya seperti umumnya kebanyak masyarakat Indonesia adalah penggemar sambal namun belakangan lidah dan lambung saya tak kuat lagi menangkal pedasnya cabai sementara kesukaan saya akan sambal tak lekang. Itu lah sebabnya.
Sambal tak pedas adalah solusi untuk para penggemar sambal tapi tak kuat lagi dengan rasa pedas.
Saya bukan perokok sebab itu selepas makan tidak ada buat saya acara merokok. Padahal beberapa adik saya bahkan Ayah saya pernah termasuk golongan perokok berat. Sementara saya tak pernah merasakan rokok itu enak.
Di tengah melambungnya hormon kebahagiaan yang saya rasakan selepas makan terbetik rasa ingin menulis.