Salah satu Topik Pilihan Kompasiana akhir Januari kemarin bertemakan "Pengganti Daging dan Telur", topik yang mestinya cukup merangsang dan menantang para penulisnya untuk membagikan opininya dalam mencari alternatif pangan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, protein dan gizi terkait terus mahalnya harga daging dan telur.
Hal yang amat bagus andai ada dari kompasianer, begitu para penulis di kompasiana biasa disebut membagi pengetahuannya atau pengalamannya tentang pangan alternatif pengganti daging dan telur tentu saja yang berharga murah terjangkau oleh semua lapisan masyarakat dan satu hal lagi, rasanya enak. Hal tersebut tentunya sangat bermanfaat buat masyarakat dan pemerintah sebagai benteng ketahanan pangan kedepan.
Untuk sementara saya sendiri menyerah dan angkat tangan lantaran belum menemukan apa kiranya yang pas sebagai pangan alternatif yang murah dan bisa diolah dengan rasa yang tidak kalah enak terutama dengan daging.
Seperti kita tahu rerata orang Indonesia mengkonsumsi makanan bukan sekedar untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, protein dan gizi saja. Tetaapi maunya makanan itu enak, memanjakan lidah sekaligus mengenyangkan. Semisal rendang bisa saja bahannya diganti dengan selain  daging, jengkol misalnya. Rendang jengkol cukup enak rasanya, tetapi tidak semua orang suka dengan jengkol dan kita tahu jengkol pun harganya juga tidak murah. Kadang waktu tertentu harga jengkol pun bisa melonjak.
Tempe, tahu diketahui cukup tinggi kandungan gizi-nya tetapi sepertinya tidak mungkin diolah menjadi rendang. Kalaupun dipaksakan tempe, tahu direndang, seperti apalah kiranya rasanya. Empal goreng, coba saja dicari info resepnya, kemanapun dicari bahannya hampir pasti daging. Jadi apa ya mungkin empal bahannya diganti dengan tahu atau tempe?. Lha kita tahu, tempe dan tahu harganya baru-baru ini juga sudah mulai naik.
Satu hal lagi tentang rendang. Sudah diakui bahwa rendang adalah salah satu makanan terlezat di dunia. Dan hampir bisa dipastikan rendang yang diakui dunia akan kelezatannya adalah rendang daging. Kalau coba-coba bahan rendang diganti dengan tempe. Apa kata dunia?.
Bicara daging sebagai pangan, jadinya teringat janji pak Presiden Jokowi. Pada satu kesempatan sekian waktu lalu pernah menjanjikan harga daging Rp 70 ribu per kilogram. Para petinggi Grup Kompas, mestinya masih ingat. Sebab janji Presiden tersebut dilontarkan di hadapan 100 pimpinan perusahaan saat menjadi Pembicara Kunci yang diselenggarakan oleh Grup Kompas di Jakarta, Kamis (26/11/2015). Rasanya 100 pimpinan perusahaan yang hadir ketika itu juga belum lupa.
Janji Jokowi yang mungkin sebagian orang kebanyakan sudah lupa sebenarnya dengan Janji Harga Daging bisa Rp 70 Ribu per kilogram itu, sudah betul.
Sebentar lagi umat muslim akan menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Pada bulan Ramadhan biasanya konsumsi pangan masyarakat meningkat, termasuk konsumsi daging dan telur. Terlebih diujung Ramadhan ketika masuk Hari Raya Idul Fitri.
Karena sementara saya gagal mengajukan pangan alternatif sebagai pengganti daging dan telur, jadinya amat beharap harga daging dan telur bisa terjangkau oleh semua kalangan masyarakat terlebih dimasa pandemi yang masih berkepanjangan ini. Janji Jokowi harga daging bisa Rp 70 ribu perkilogram kendati sudah berlalu lima tahun lebih kiranya bisa direalisasikan, setidaknya masih ada waktu dua bulanan kedepan sampai masuk bulan Ramadhan nanti.
.