Sejak saya pindahkan dari polybag ke dalam pot, pertumbuhannya cukup bagus dan kemudian atas saran adik yang menghadiahkan pohon tersebut agar potnya dijebol saja sehingga akarnya bisa tembus langsung ke dalam tanah, pertumbuhannya akan lebih bagus lagi. Ternyata betul, sejak saya jebol bagian bawah potnya pertumbuhannya semakin bagus cabang dan dedaunannya kian lebat tampak semakin hijau dan segar membuat pemandangan semakin indah.
Pertumbuhannya yang bagus bergerombol lebat dengan dedaunannya yang hijau segar membuat hati senang dan sejuk mata memandang. Tinggal lagi menunggu saatnya berbuah.
Namun apa daya, hari berganti hari bak menunggu godot; jangankan berbuah berbunga pun belum juga. Namun saya tetap sabar menanti. Sebab sejatinya setiap pohon akan berbunga dan berbuah, itu yang saya pahami.
Itu adalah sedikit cerita tentang pohon markisa hadiah seorang adik yang tumbuh sengaja saya tanam di halaman sempit belakang rumah saya.
Pak Sumantri yang datang jauh dari Semarang bukan datang sengaja menjadi konsultan untuk pertumbuhan pohon markisa saya. Beliau sengaja singgah setelah menghadiri satu acara pertemuan sesama alumni almamaternya.
Melihat pertumbuhan pohon tersebut tapi belum berbuah Pak Mantri menyarankan agar saya memangkas ujung-ujung dari pohon markisa tersebut; yang memang tampak mulai tumbuh liar.
Setelah kepulangan pak Mantri saya mulai melaksanakan sarannya memangkas ujung ujung dari pohon markisa tersebut. Dan berikutnya adalah masa menunggu. Menunggu berbuah tentunya.
Ditunggu satu hari, dua hari dan sampai hampir dua minggu harapan itu kemudian muncul. Pohon markisa kami berbuah hampir menjadi kenyataan. Mulai tumbuh bunga di sana-sini.
Tapi apa mau dikata, berbunga iya tapi tidak lanjut menjadi buah. Bunga tersebut tampak layu dan berguguran. Kecewa hati melihat bunga-bunga tersebut berguguran.