Punya misi beli ayam potong dan santan pagi ini, saya antar istri ke pasar Palmerah sekalian melihat-lihat situasi pasar pasca-sore dan malamnya ada aksi unjuk rasa Mahasiswa dan Pelajar.
Pasar dan Stasiun Palmerah yang letaknya berdekatan dengan menara Kompas sebagai markas Kompas Grup. Adalah salah satu titik aksi unjuk rasa gedung MPR/DPR kemarin.
Suasana pagi ini berjalan seperti hari-hari biasa, pedagang beraktivitas seperti biasa, cuma yang saya lihat pembeli yang tampaknya sedikit berkurang. Atau barangkali saya yang datang agak kesiangan.
Seorang tukang parkir dan penjual ketupat masih masang olesan odol di wajahnya.
"Masih perih, Pak," katanya.
Dan itu betul saya masih merasakan bau perengusnya aroma aneh yang baru pernah saya rasakan dan itu rupanya aroma dari sisa-sisa gas air mata, sisa aksi semalam. "Apalagi kalau ada angin Pak, kerasa banget perihnya di mata," kata abang tukang parkir.
Sementara istri masuk pasar mencari sasarannya, saya putar sedikit ke arah Stasiun Palmerah. Saya saksikan masyarakat beraktivitas seperti biasa seperti tidak pernah ada kejadian apa-apa. Padahal malamnya suasana stasiun Palmerah dikabarkan sangat mencekam.
Ketika saya tanya kenapa pasang odol, "Masih kerasa perih Pak" jawabnya dan itu betul, saya masih merasakannya.
Sementara di depan gerbang Menara Kompas, selain satpam ada terlihat dua orang aparat berbaju loreng sedang berjaga. Ada juga terlihat tersusun rapih tameng bertuliskan "polisi" di dekatnya.
Senja sampai larut semalam, aktivitas Stasiun Palmerah sempat dihentikan, karena suasana dianggap tidak kondusif. Pastinya banyak penumpang yang beralih ke moda transport lain yang pastinya juga susah didapat.