"Pecah" seperti itu warganet bilang untuk menggambarkan luar biasanya sambutan masyarakat ketika baik Prabowo maupun Sandiaga melaksanakan kampanye di wilayah manapun di tanah air tidak terkacuali di Jawa Tengah yang disebut-sebut sebagai kandang banteng. Artinya Jawa Tengah sebagai kandang banteng sudah waktunya untuk dipertanyakan.
Seperti kereta MRT yang kian disukai masyarakat, fenomena seperti itulah yang terjadi terhadap pasangan Prabowo-Sandiaga Uno. Kian dekat masa pencoblosan kesukaan masyarakat terhadap Prabowo-Sandi kian kental. Kalau ukurannya elektabilitas, elektabilitas Prabowo-Sandi mestinya jauh lebih tinggi lagi dengan yang pernah dicatat oleh Litbang Kompas.
Sementara itu elektabilas Jokowi-Kiai Makruf kian melorot, poin ketidaksukaan masyarakat kian kental. Banyak sebab dan hal yang membuat ketidaksukaan masyarakat terhadap Jokowi-Makruf kian kental. Rong-rongan yang terus mendera Jokowi-Makruf dari mulai Romahurmuzi sosok andalan Jokowi yang dicokok KPK sampai terakhir terungkapnya rencana serangan fajar Bowo Sidik. Itu sedikit dari penyebabnya. Kalau ukurannya elektabilitas. Mestinya elektabilitas Jokowi-Makruf jauh lebih rendah dari yang pernah dijembreng oleh Litbang Kompas.
Berhasilnya Prabowo-Sandi menembus kandang Banteng semakin kuat dengan bergabungnya Bibit Waluyo dan Rustriningsih yang notabene pernah begitu dekat dengan Banteng. Kini keduanya bahu membahu turut kampanye bersama tim Badan Pemenangan Nasional (BPN). Satu hal yang membuat Prabowo-Sandi kian nyaman masuk ke kandang Banteng.
Alhasil kini Jawa Tengah tidak lagi bisa dibilang sebagai kandang banteng, sebab banteng sudah berbagi kandang.
Gejala banteng berbagi kandang sebenarnya sudah terjadi sejak Pemilihan Gubernur Jawa Tengah lalu.
Sudirman Said yang dikebanyakan survey disebut tingkat keterpilihannya hanya kisaran 20% saja ternyata bisa tembus 40 persen lebih. Sudirman Said memang gagal tapi perolehannya yang mencapai lebih dari 40 persen jelas prestasi luar biasa. Dan akan menyumbang pengaruh yang juga luar biasa buat Prabowo-Sandi.
Pindahnya markas Badan Pemenangan Nasional (BPN) ke Jawa Tengah dan belakangan di tengah masa kampanye dengan turut sertanya Bibit Waluyo dan Rustriningsih semakin mempermulus Prabowo-Sandi menguasai Jawa Tengah. Isyarat keberhasilan tersebut bisa dilihat dari antusiasnya  masyarakat menghadiri kampanye baik yang digelar oleh Prabowo maupun Sandi.
Ketika Prabowo kampanye terbuka di Banyumas yang juga dihadiri sejumlah tokoh Jawa Tengah termasuk Tokoh Agama seperti K.H. Ahmad Wafi Maimoen Zubaer, dan K.H. Zuhrul Anam Hisyam. Masyarakat begitu antusias, ribuan pendukung pasangan Prabowo-Sandi berdatangan dari wilayah Purbalingga, Banjarnegara dan Kebumendan sekitarnya.