Tidak seperti Kapitra Ampera yang menyatakan akan mengadakan reuni 212 tandingan yang juga akan digelar di Monas dengan begitu mendadak. Reuni Alumni Aksi 212 Murni sudah jauh-jauh hari direncanakan dan disosialisasikan. Makanya keinginginan saya untuk berangkat menghadiri acara tersebut cukup kuat. Pernyataan beberapa teman dari luar kota yang jauh-jauh hari juga akan berangkat; memperkuat tekad saya untuk berangkat.
Ibarat naik haji kendati saya cuma seorang TKI kalau saya hadir di Arafah dalam keadaan berihram yang disertai dengan niat haji, maka itu artinya saya sudah termasuk orang yang mengerjakan atau naik haji.
Akan halnya reuni 212; saya ini bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa tapi sempat hadir ketika aksi 212, 2016 dan acara reuni 212, 2017. Jadi boleh dibilang saya adalah juga seorang alumni 212. Sejatinya alumni atau bukan tidak ada urusan siapapun menghalangi saya untuk hadir di acara reuni 212, 2018 ini.
Apalagi saya saksikan sendiri aksi 212, 2016 dan reuni 212, 2017 tahun kemarin berlangsung begitu damai, adem-ayem tidak ada hal yang aneh-aneh.
![festival perdamaian / dok pri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/12/04/2-festival-212-jpg-5c05f246aeebe1637f16ec12.jpg?t=o&v=770)
Satu lagi pejabat negara yang berharap agar reuni 212 juga tidak diselenggarakan. Dalam pernyataannya beliau menyebutkan seolah-olah acara reuni 212 adalah hal yang menakutkan "masyarakat kita itu melihat bendera hitam sudah ketakutan" sebutnya.
Belakangan Kapitra Ampera yang sudah resmi menjadi calon anggota legislatif dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) berniat menggelar acara serupa yang disebutnya sebagai tandingan 212 di lokasi yang juga sama; yaitu di Monas. Karuan saja manuver Kapitra tersebut membuat suasana menjelang reuni 212 menghangat. Sampai sempat timbul perdebatan.
Buat saya justru manuver dari Kapitra ditambah sebelumnya dengan pernyataan dua pejabat tinggi tersebut yang membuat rasa takut. Bagusnya ternyata akhirnya Kapitra membatalkan niatnya.
![festival perdamaian/dok pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/12/04/3-festival-212-5c05f29aaeebe10ea923c9a2.png?t=o&v=770)
Saya temuai bocah-bocah yang ceria dengan bendera tauhid di tangannya, remaja yang penuh semangat tapi juga ceria mengibar-ngibarkan bendera berkalimat tauhid sambil shalawatan; sampai kakek-nenek dengan keceriaan yang sama.
Saya saksikan acara reuni alumni 212 yang sempat memutihkan kawasan Monumen Nasionl dan sekitarnya adalah layaknya Festival Besar Persatuan dan Perdamaian.