Dua hal yang mendorong saya sampai ke pelataran belakang Gedung MPR/DPR. Adalah khabar akan ada Ustadz Abdul Somad yang akan mengisi acara ulang tahun MPR ke 73. Belum pernah mendengar langsung tausiah Ustadz Somad dan ingin melihat dan mendengarnya secara langsung, itu salah satu sebabnya.
Gedung MPR yang kata pak Ketua Zulkifli Hasan adalah rumah rakyat, padahal tidak sembarang orang bisa masuk ke situ, sekalipun cuma di halamannya saja. Dan malam itu saya ingin membuktikan bahwa Gedung MPR, memang rumah rakyat.
Satu lagi, sebenarnya ini alasan personal mestinya tidak saya umbar lantaran bisa dibilang lebay. Saya ingin melihat dari dekat bentuk atap kura-kura raksasa tersebut. Padahal kenyataannya sama sekali saya tidak bisa mendekat.
Semula saya pikir yang hadir itu orang-orang yang berseragam koko putih dengan peci putih seperti yang sering dikenakan saudara kita dari FPI, atau orang-orang dengan kopiah hitam. Ditambah orang berjanggut seperti saya plus celana cingkrang-nya. Ternyata dugaan saya tidak pas. Banyak diantaranya yang hadir anak-anak muda kelimis dan wangi, mereka anak-anak muda kantoran. Yang satu diantaranya sempat saya tanya, jawabnya sudah lepas dari jam kantor.
Hadirin duduk bersimpuh di depan panggung di atas hamparan yang sudah disediakan, ditambah air minum kemasan disediakan cukup berlimpah.Yang datang belakangan harus ikhlas berdiri atau duduk dengan alas yang mereka bawa masing-masing.
Dua layar besar sudah terpasang di sebelah kiri-kanan panggung. Dan yang cukup fenomenal adalah deretan kamera yang saya yakin milik dari media dan televisi swasta nasional. Karena Ustadz Somad sang fenomenal memang tidak boleh begitu saja liwat terliput.
Setelah pembacaan ayat suci Al qur'an, dilanjut oleh sambutan pak ketua Majelis Zulkifli Hasan. Tidak ada acara seremonial langsung Ustadz Somad naik mimbar.