Hampir dua hari sekali saya harus bersih-bersih jalan di depan rumah, selalu saja ada sampah  berserak. Kalau rerontokan daun saya akui itu memang rontokan daun dari pohon yang saya tanam, padahal bukan cuma rontokan daun serakan sampah di jalan tesebut, ada kantong kresek, bungkus rokok, botol air kemasan, sampai kemasan jajanan ringan.Bahkan lubang lalu air yang mestinya cuma untuk aliran air apabila saya sesekali mencuci kendaraan motor saya, juga bisa berubah jadi tempat sampah mini.
Saya tidak mungkin berharap dengan petugas PPSU dari Kelurahan yang membersihkannya.Tugas mereka sudah begitu banyak, mereka biasanya konsentrasi di tempat-tempat strategis.Kalau saya tidak peduli bisa-bisa jalan di depan rumah saya itu jadi tempat pembuangan sampah akhir.
Jalan yang sudah cukup bagus, cukup rapih lantaran seingat saya sudah dua kali diaspal, mestinya ya kita-lah sebagai warga yang merawatnya.Tanpa kepedulian warga, apapun fasilitas yang sudah diberikan oleh Negara/Pemerintah, akan sia-sia dan nihil manfaat.
Ruang publik terpadu ramah anak yang beken dengan sebutan RPTRA adalah fasilitas umum yang dibangun oleh Pemerintah DKI memang banyak manfaatnya.Tapi masyarakat hendaknya jangan cuma bisa memanfaatkannya mestinya juga mau membantu untuk perawatannya, jangan cuma mengandalkan kepada pemerintah.
RPTRA keblangsak dan tidak terurus sebenarnya juga pernah ada dimasa kepemimpinan pak Ahok. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok seperti biasa sampai marah-marah.
Disebutkan ketika itu ada RPTRA yang sampai dijadikan tempat cuci mobil warga setempat, ada juga RPTRA yang dicuri sambungan listriknya.
Seiya dengan apa yang dikatakan pak Djarot, Ahok ketika itu mengibaratkan RPTRA sebagai taman tempat bermain dan berkumpul warga. Harusnya warga juga ikut peran serta dalam perawatannya.
Kehadiran ruang publik terbuka ramah anak alias RPTRA mestinya memang kewajiban pemerintah kepada warganya. Warga bisa dimanfaatkannya untuk berbagai kegiatan. Jadi bisa dibilang RPTRA adalah milik bersama. makanya warga yang memanfaatkannya hendaknya mau turun tangan bahu-membahu dengan pemerintah dalam hal ini Kelurahan, untuk perawatannya.
Warga boleh saja ngeles dan beralasan bukan sebagai petugas jadi lepas tanggung jawab. Akan tetapi kalau enggan untuk ikut merawat dan membersihkannya, paling tidak bisa berlaku bijak dengan tidak merusak dan mengotorinya.
.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H