Mohon tunggu...
Ahmad Saukani
Ahmad Saukani Mohon Tunggu... Administrasi - pensiun bukan lantas berhenti bekerja

pensiun bukan lantas berhenti bekerja

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Yang Saya Rindukan Ramadan Ini, tapi Malu Menulisnya

12 Juni 2018   14:43 Diperbarui: 12 Juni 2018   20:43 928
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ramadan kareem/dok pribadi

Beberapa hari lagi Bulan Ramadan akan segera berlalu seiring datangnya Hari Raya Eidul Fitri, banyak hal yang menyenangkan dan berkesan juga akan segera berlalu bersamanya. Banyak orang bersedih lantaran masih sebuah misteri apakah tahun yang akan datang  masih bisa jumpa lagi dengan bulan penuh berkah itu.

Para sahabat Nabi SAW  ketika Ramadan akan berlalu, mereka semakin meningkatkan intensitas ibadahnya, berdoa dan menghatamkan bacaan Qur'annya berkali-kali. Dalam satu riwayat dikatakan Masjid Nabawi penuh sesak para sahabat yang I'tikaf beribadah di dalamnya,  mereka seperti berlomba demi menggapai keredhoan Alloh. Mereka begitu bersedih Ramadan yang mulia akan segera meninggalkannya.

Diantara doa yang mereka panjatkan seperti yang diajarkan Rosulullo SAW: "Ya Allah, janganlah Engkau jadikan puasa ini sebagai puasa yang terakhir dalam hidupku. Seandainya Engkau berketetapan sebaliknya, maka jadikanlah puasaku ini sebagai puasa yang dirakhmati bukan yang hampa semata".

Dibandingkan dengan umat masa kini dengan para sahabat sangat jauh panggang dari api. Para sahabat seolah menginginkan sepanjang tahun adalah Ramadan. Sementara Umat zaman now paling tidak umat semodel saya nauzubillah inginnya Ramadan segera berlalu agar segera bisa beraktivitas yang sifatnya keduniawian, Ramadan malah dianggap merepotkan.

Mestinya buat umat muslim di sepuluh hari terakhir Ramadhan seperti para sahabat bisa meningkatkan dan lebih semangat lagi ibdahnya, tapi apa nyana yang terjadi malah sebaliknya. Saf sholat di masjid-masjid malah menyusut. Ada anekdot yang menyebutkan "diakhir-akhir Ramadan sholat tarawih semakin maju" yang dimaksud adalah maju shaf-nya, yang diawal Ramadan bisa lima-enam shaf di penghujung Ramadan maju tersisa tiga atau bahkan dua shaf saja.

Kemana mereka? Sebagian dari mereka disibukkan dengan hal keduniaan yang diantaranya katanya untuk persiapan Hari Raya, yang paling nyata adalah belanja-belanja. Dan sebagian lagi sibuk persiapan Lebaran di kampung halaman dengan bebondong-bondong pulang mudik.

Sebagian dari mereka adalah gambaran dari diri penulis sendiri yang kadang masih beranggapan kedatangan bulan Ramadan menghambat  aktivitas keduniawiannya. Padahal mestinya Ramadan dengan meningkatnya ibadah akhirah atau bahasa kerenya ukhrowi  justru harus bisa sebagai pemicu untuk meningkatkan urusan duniawinya. Artinya sukses dalam urusan dunia dengan tujuan kebahagiaan di akhirat.

Lantas apa yang saya rindukan dengan akan berakhirnya bulan Ramadan ini. Saya merindukan dan saya amat berharap agar Ramadan tahun bisa menjadi tonggak sejarah hidup saya yang asalnya lebih cenderung keduniaan menjadi "akhirah oriented". Ah! saya malu menuliskannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun