Mohon tunggu...
Ahmad Saukani
Ahmad Saukani Mohon Tunggu... Administrasi - pensiun bukan lantas berhenti bekerja

pensiun bukan lantas berhenti bekerja

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Lurik Seragam Unik Juru Parkir Solo

27 April 2018   09:55 Diperbarui: 28 April 2018   03:29 2666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
seorang jukir solo dengan luriknya/dok mang kani

Seperti saya barangkali masih banyak yang beranggapan bahwa lurik itu corak dari batik ternyata itu keliru, Ternyata Lurik ya Lurik, Batik ya Batik. Indonesia sungguh kaya dengan beragam budaya. Batik adalah salah satu produk budaya, berupakan kain bermacam corak yang bisa dijadikan beragam produk busana pria dan wanita, anak-anak maupun dewasa serta beragam produk  kerajinan  sebagai ciri khas Indonesia dan sudah dikenal dunia. Batik ternyata punya saudara yang disebut lurik yang umumnya bercorak garis-garis. Lurik dengan coraknya yang khas itu tidak kalah uniknya dari batik.

Cuma sayang selama ini lurik seperti kurang peminat, pamornya kalah jauh dari batik. Bagi warga Jakarta lurik memang kurang begitu dikenal. Ada istilah "tak kenal maka tak sayang" barangkali itu sebabnya buat sebagian warga Jakarta tidak sampai ditendang sih tapi memang lurik kurang disayang. Dan mungkin juga buat masyarakat Indonesia secara umum.

Saya selalu saja lambat bereaksi, lamban dalam merespon banyak hal termasuk hal jukir alias juru parki berseragam lurik yang akan sedikit saya ceritakan ini. Saya baru ngeh ketika sudah mulai melaju meninggalkan Solo menuju Klaten selepas singgah di Pasar Gede. Ada yang unik dari beberapa tukang parkir saya lihat, mereka mengenakam seragam yang tidak umum yakni kemeja dengan modelnya yang khas dengan motif garis-garis vertikal.

seorang jukir dekat pasar gede/dok pribadi
seorang jukir dekat pasar gede/dok pribadi
Ternyata mereka mengenakan seragam yang disebut Lurik. Barangkali itu adalah upaya dari pemerintah setempat untuk lebih mengenalkan lagi lurik. Salut buat pemerintah setempat yang berupaya memasyarakatkan lurik agar lebih dikenal lagi. Belakanga baru saya tahu seragam lurik juru parkir Solo itu adalah upaya untuk menjaga citra Solo sebagai kota budaya sekaligus  melestarikan budaya.

Alangkah lebih elok lagi agar dengan lurik bukan cuma menjaga citra Solo sebagai kota budaya tapi sekaligus bagaimana mengusahakan mengetaskan lurik agar bisa lebih luas lagi dikenal masyarakat Indonesia. Agar lurik bisa naik kelas gengsinya serupa batik.

Andai  tujuannya juga untuk mengentaskan lurik rasanya kalau baru sebatas petugas parkir yang mengenakan seragam lurik sepertinya masih kurang greget lurik masih sulit  mengentas. Dalam hal ini saya bukan mau menyepelekan petugas atau juru parkir, apapun profesi seseorang itu mulia.

Untuk mengentaskan pamor lurik hendaknya tidak hanya mengandalkan juru parkir untuk mengenakan seragam lurik. Alangkah bijaknya kalu para pejabat juga turut berpartisipasi sama mengentaskan lurik dengan sesekali mau menanggalkan Jas-nya dan menggantinya dengan lurik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun