Mohon tunggu...
Ahmad Saukani
Ahmad Saukani Mohon Tunggu... Administrasi - pensiun bukan lantas berhenti bekerja

pensiun bukan lantas berhenti bekerja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memuliakan Ubi

23 Desember 2017   14:29 Diperbarui: 23 Desember 2017   18:37 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
seonggok ubi/a.saukani

Memuliakan Ubi itu sederhana saja. Sesederhana apakah memuliakan Ubi itu? Sebentar akan saya ceritakan.

Sebagian dari kita bani manusia punya kebiasaan buruk suka menghina dan melecehkan makanan yang tidak disukainya. Sekelas durian saja yang menurut saya tergolong buahan mewah lantaran harga dan tentu saja rasanya yang istimewa dan sangat enak ada yang bilang, maaf bau tokai. Maunya saya kalaulah tidak suka ya sudah diam saja, jangan mengomentari yang tidak-tidak., kurang elok itu.

Ubi. Ini nasibnya lebih menyedihkan lagi. Makan ubi ada yang bilang cuma bikin banyak kentut saja. Padahal ubi bisa dibikin bermacam camilan yang enak dan lezat, mulai dari kripik ubi yang renyah sampai kue bolu ubi yang legit.

Bahkan mengkonsumsi  ubi menurut ahli kesehatan itu sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh dan dapat meningkatkan sistim kekebalan tubuh.

Kemarin 22 Desember ramai orang merayakan yang mereka sebut Hari Ibu. Saatnya memanjakan Ibu, saatnya memuliakan Ibu mereka bilang. Buat saya tidak ada yang namanya hari Ibu. Memanjakan Ibu, memuliakan Ibu buat saya itu sepanjang waktu, sepanjang hari, sepanjang tahun, jadi tidak perlu menunggu 22 Desember.

Saya tak hendak berbincang tentang Hari Ibu. Yang ada saya hendak mengajak untuk memuliakan makanan diantaranya ya memuliakan Ubi itu.

Ubi, bahan penganan yang sempat termarjinalkan, bagaimana saya memuliakannya?  Tidak perlu repot-repot dengan mengirisnya tipis-tipis kemudian menggorengnya menjadi kripik atau membuat bolu ubi yang lumayan ribet.

Sederhana saja.

Ubi setelah dikupas, dibersihkan kemudian dipotong dadu sebesar ujung ibu jari kemudian direbus boleh dicampur dengan sedikit tapai dikasih seruas kayu manis dikasih gula merah, kasih santan. Ubi sudah menjadi penganan yang enak. Ya begitu itulah cara saya muliakan ubi dengan membuatnya menjadi kolak ubi.

Tidak ada yang istimewa atau pesan apapun dari cerita ngawur ini kecuali sedikit saja. Jangan suka menghina dan melecehkan makanan yang boleh jadi memang tidak berkelas. Apalagi melecehkan sesama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun