Vano putra pasangan Nova dan Eva yang sama saya berkunjung ke pulau Penang, Malaysia tempo hari; lahir di Jakarta belum sampai ampat tahun yang lalu pastinya tidak pernah tahu kalau di Jakarta pernah ada moda transportasi yang disebut Becak.
Becak moda transportasi unik beroda tiga biasa dipakai sebagai angkutan penumpang jarak pendek. Becak sebagai sarana transportasi beroda tiga boleh dibilang amat sederhana dimana sebagai tenaga penggeraknya menggunakan tenaga manusia yang disebut sebagai pengemudi becak populer disebut “Abang Becak”.
Kalau di Makasar disebut “Daeng Becak”. Kok tahu? Iya dong saya kan pernah tinggal di Makasar yang waktu itu masih disebut Ujung Pandang.
Lantaran banyak abang becak yang melanggar aturan lalu-lintas, becak dianggap sebagai biang kerok kesemerawutan lalu-lintas, bahkan becak juga disebut sebagai alat eksploitasi manusia maka keberadaan becak di Jakarta sebagai sarana teransportasi sekitar tahun 1980-an dilarang. Sejak saat itu berangsur-angsur becak hilang dari jalan jalan di Ibu Kota.
Dari tampang penumpang becak tersebut yang saya lihat; mereka datang dari berbagai etnis dan bangsa dan baru saya pahami rupanya becak disana adalah merupakan angkutan transportasi wisata. Becak dicat dan dihias demikian rupa, dikasih lampu jadi tampak meriah masih dilengkapi pula dengan payung yang akan melindungi penumpanggnya dari sengatan matahari disiang hari.
Vano rupanya tertarik mau menumpang becak tersebut; tapi lantaran keterbatasan waktu Vano hanya sempat mejeng di atas becak untuk sekedar numpang foto.
Abang becak yang bertampang India dengan ramah mempersilahkan Vano dan kakak Prisa menaiki becaknya, mejeng dan berfoto. Tentu saja Vano senang luar biasa sekalipun tidak naik becak keliling kota tapi cukup berfoto saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H