Mohon tunggu...
Ahmad Saukani
Ahmad Saukani Mohon Tunggu... Administrasi - pensiun bukan lantas berhenti bekerja

pensiun bukan lantas berhenti bekerja

Selanjutnya

Tutup

Nature

Buah Langka, Dilupakan Jangan.

16 Januari 2011   16:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:31 3300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemang.

Di selatan Jakarta ada pemukiman yang belasan tahun lalu masih merupakan kampung pinggiran dengan suasana yang masih asri pepohonan besar tumbuh di setiap sudut membuat tempat ini sangat nyaman sebagai tempat pemukiman. Lambat laun wilayah ini berubah, begitu menarik minat banyak warga asing untuk tinggal dan mengembangkan bisnisnya di Indonesia dari sini.

Kini kemang makin terkenal dengan berbagai pasilitas hiburan dan bermunculannya kafe-kafe serta supermarket, kemang menjadi tempat yang nyaman sebagai tempat rendezvous warga asing dan warga Jakarta berkantong tebal.

Nama Kemang itu berasal dari nama buah Kemang (Mangifera Kemanga), sejenis mangga yang dulu banyak ditemukan di daerah ini, buah yang kini sudah dilupakan banyak orang.

Buah kemang yang masak seperti halnya mangga, dagingnya manis dan kemang punya aroma wangi yang khas lebih dari pada mangga, dimakan segar ketika sudah masak, atau dijadikan campuran es buah, akan tapi daging buah kemang agak berserat, barangkali inilah sebabnya kemang kurang disukai dan pada ahirnya hilang dari pasaran, buah kemang tidak lagi punya nilai ekonomis, kini buah kemang sudah sulit ditemukan.

[caption id="attachment_83517" align="aligncenter" width="300" caption="buah kemang (diunduh dari google)  "][/caption]

Bacang.

Bacang, seperti halnya kemang, buah yang satu ini juga masih karabat dengan mangga, buah yang juga disebut embacang atau mangga bacang, dan orang sunda menyebutnya limus, daging buahnya agak gatal karena getahnya.

Buah yang warna kulitnya, hijau, kuning, berbintik hitam ini, yang masih muda kerap digunakan sebagai campuran dalam membuat sambal, atau yang separo masak biasa dibuat campuran rujak, dan apabila sudah masak daging buahnya berwarna kuning dengan aroma harum yang khas dan getahnya agak berkurang, akan tetapi daging buah bacang sangat berserat, mungkinitu sebabnya wanginya bacang jadi kurang diminati.

[caption id="attachment_83523" align="aligncenter" width="300" caption="buah bacang (diunduh dari google)"]

1295193338411621446
1295193338411621446
[/caption]

Kweni.

Satu lagi kweni atau orang Jakarta bilang kwini, juga masih termasuk keluarga mangga, sangat mirip dengan bacang, buahnya berbentuk agak bulat, kweni yang telah masak berwarna hijau kekuning-kuningan, daging buahnya tebal berwarna kuning dan juga berserat, rasanya asam manis dan wangi.

Seperti halnya bacang buah inipun sering dijadikan bahan pembuat rujak, asinan dan manisan, buah kweni inipun sudah hampir dilupakan orang, sudah tidak ada lagi orang menjualnya.

[caption id="attachment_83525" align="aligncenter" width="300" caption="buah kweni (dari google)"]

12951931041943073057
12951931041943073057
[/caption]

Masih banyak lagi buah-buahan asli Indonesia yang kini nyaris dilupakan orang, jauh sebelum banjirnya buah infort di Indonesia, buah-buahan tersebut memang sudah sulit dicari dipasar, terlebih dengan banjirnya buah infort tersebut dengan harga yang terjangkau banyak orang, membuat buah-buahan tersebut tersingkirkan, sama sekali hilang dari pasaran.

3 diantaranya yang saya sebutkan diatas, sekalipun ketika sudah masak, rasanya manis dan harum, namun karena daging buahnya yang berserat, terlebih lagi bacang sehingga kurang diminati, tapi andai ada niat, buah tersebut bisa disiasati, dipasarkan dalam bentuk sirup atau sari buah.

Bagi pemilik modal, sirup atau sari buah ini rasanya cukup menjanjikan, punya nilai ekonomis tinggi. Mendapat keuntungan sekaligus melestarikan buah asli Indonesia dari kepunahan, jangan sampai anak cucu cuma kenal nama, tanpa kenal rupa.

sumber dari wikipedia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun