Mohon tunggu...
Ahmad Saukani
Ahmad Saukani Mohon Tunggu... Administrasi - pensiun bukan lantas berhenti bekerja

pensiun bukan lantas berhenti bekerja

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyetrika Koran Kompas

1 Februari 2015   20:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:59 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_366823" align="aligncenter" width="640" caption="tidak terlalu licin, tapi bisa dibaca/ahmad saukani"][/caption]

Ini bukan tamsil atau sekedar perumpamaan tapi benar-benar begitu itu adanya, pagi ini saya  menyetrika Koran kompas lantaran Koran tersebut hampir separuhnya basah. Siapapun tahu bagaimana adanya kertas koran kalau terkana air dan basah sedikit saja akan mudah sekali robek. Sayang rasanya Koran yang sudah terbeli kalau sampai tidak terbaca.

Jarang-jarang saya beli Koran lantaran kalau cuma berita kita bisa dapatkan dari televisi atau buka saja portal berita numpuk diinternet. Tetapi kalau hari Minggu seperti hari ini biasanya seperti ada kekuatan magis yang mendorongan saya dengan suka-rela mendatangi tukang Koran, ya beli dong tentunya bukan cuma numpang baca...heheh..

Sejak dulu koran pilihan saya biasanya Koran Kompas, kenapa? Hari Minggu Koran Kompas biasanya lebih rame dan istimewanya biasanya Kompas terbitan Minggu ada memuat cerpen dari penulis-penulis ternama yang enak dibaca dan kalaupun ada penulis  pendatang baru ceritanya juga bagus terkadang penuh kejutan. Dan satu lagi TTS-nya yang jumbo itu bikin ketagihan.

Pagi tadi saya sudah keluar rumah sambil ada satu keperluan tentu saja akan mampir ditukang Koran. Kupacu pelahan sepeda mesinku, gerimis tipis saya tidak peduli malah membuat nyaman di jalan tidak perlu saling seruduk seperti hari-hari biasanya. Beres punya urusan dan mampir ditukang koran diluar dugaan hujan begitu lebat air bak ditumpahkan dari langit, Koran yang tadinya cuma saya kempit saya simpan dibalik jaket tapi tidak urung setibanya di rumah Koran itu separuh kuyup.

Bagaimana mungkin membacanya Koran kuyup begini, jangankan membacanya salah-salah menyentuhnya saja bisa koyak Koran tersebut. Akhirnya saya gosok saja Koran tersebut dengan besi panas. Ya Koran tersebut saya triska dan akhirnya licin kembali siap dibaca....heheh...

Sebagai penutup dari kisah singkat Koran kuyup ini kiranya bolehlah saya bertamsil barangkali terlalu ekstrim kalau saya katakan kondisi negri ini seperti kertas Koran yang basah itu. Tetapi menurut saya ya seperti itulah adanya dan andai tidak pandai-pandai kita membenahinya bukanlah hal yang mustahil kalau negri ini koyak berantakan. Jadi bagaimana saudara sekalian dan wahai para pemimpin negri apa mau kita biarkan negri ini koyak?. Yok kita triska....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun