Mohon tunggu...
Muhammad Andrea
Muhammad Andrea Mohon Tunggu... Petani - Instagram @muhammad_andreaa

Menulis adalah memelihara Ilmu Pengetahuan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tergerusnya Tradisi Colok-colok Malam Songo

5 Juni 2019   19:34 Diperbarui: 5 Juni 2019   19:49 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber https://sabdaliterasi.blogspot.com

Kata Mbah Sariyem, Tradisi Colok-colok malam songo merupakan tradisi masyarakat Islam-Jawa peninggalan dari nenek moyang dulu, oboran api yang diyakini sebagai bentuk cara penghormatan terhadap ahli kubur pulang ke rumahnya masing-masing di malam ke ke 29 Ramadhan. 

Sesuasi Adzan Magrib orang-orang yang meninggal dunia pada pulang ke Rumah, karena ingin ikut andil merayakan hari kemenangan diujung Ramadhan atau Idul Fitri. Konon katanya para ahli Kubur menangis, ketika mendengarkan suara Takbiran. 

Makanya sampai sekarang saya sering dimarahin oleh beliau, ketika takbiran bukan pada waktunya tiba, dapat mengganggu kenyamanan dan ketenangan orang-orang yang sudah meninggal di alam kubur, bahasa lainnya "gak apik".

Saya agak tertarik dengan gaya-gaya baru dalam merayakan tradisi colok-colok malam songo, seperti yang diliput di media Jawa Pos beberapa hari lalu, masyarakat di kecamatan Kapas-Bojonegoro menjalani tradisi dengan kemasan ala-ala modern disertai atraksi atau penampilan yang dapat menghibur masyarakat sekitar.

Menurut Penulis, warga di daerah Kapas memberikan sebuah solusi baru bagaimana warga setempat bisa mengingat dan mempertahankan tradisi colok-colok Malam songo, mereka membuat panggung-panggung kecil di salah satu tempat untuk mengkampanyekan pentingnya tradisi-tradisi Islam-Jawa dipertahankan sampai ke-anak turunan sampai beberapa puluh tahun akan datang, dengan cara seperti itu masyarakat akan tetap mengingat dan sadar akan pentingnya menjaga dan merawat tradisi sebagai bentuk peninggalan sejarah dalam dongeng cerita desa yang patut dilestarikan disepanjang kehidupan.

Al-ternatif lain, jika tradisi Colok-colok malam songo dapat bertahan dan berkembang, harus ada peran yang serius dari tokoh-tokoh agama dalam memperhatikan kebudayaan maupun tradisi terdahulu, kalau sudah tidak ada lagi tokoh adat atau orang yang mampu menggerakkan masyarakat sekitar dalam melestarikan ritual-ritual tertentu. 

Disisi lain para elit desa yang menjalankan tugas rakyat di dalam birokrasi desa harus mengupayakan dan memberikan intruksi khusus pada agenda-agenda yang bersifat sosial dan penuh dengan jejak peninggalan dari nenek moyang setempat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun