Mohon tunggu...
Muhammad Andrea
Muhammad Andrea Mohon Tunggu... Petani - Instagram @muhammad_andreaa

Menulis adalah memelihara Ilmu Pengetahuan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Suarakan Kebenaran, Jangan Diam

31 Mei 2019   21:05 Diperbarui: 31 Mei 2019   21:16 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Revolusi tak akan pernah mati, jiwa dan nadiku selalu mengerti. Hamparan jutaan rakyat yang tertindas. Pulau Indonesia yang tergerus disetiap tahunnya, perkampungan berubah menjadi perumahan, perkotaan dipenuhi dengan volusi yang mencekam.

Semangatku semakin bekorbar dan membara. Panasnya terik matahari, tak akan mampu membakar tubuh dan langkah kakiku. Nyawa rakyat berada ditangan anak-anak Pemuda Bangsa, mereka yang teriakan Merdeka beberapa puluh tahun lamanya.

Ribuan rakyat yang mengungsi bukan sebab musibah cuaca alam, tetapi ulah para politisi dan korporasi, pembangunan Negara setidaknya lebih hati-hati, jika Demokrasi bukan milik politisi yang selalu mengorbankan anak-anak Negeri sendiri.

Dinginnya angin tengah malam, tak membuatku redup di medan pertarungan. Derasnya hujan, tak membuatku tenggelam di era pasca orde baru, membangkitkan semangat baru menuju Negara kemanusiaan dan keadilan.

Tatkala cebong dan kampret mulai saling serang. Demokrasi telah sirna tanpa makna, malah berbalik arah tak terukur bentuknya. Kedok Agama dimainkan, kelompok ras dibenturkan, media sosial dibeli dan kuasai, para aktivis dihabisi, suara rakayat tidak teradili, akan kah Indonesia menjadi Negara yang hanya dimiliki oleh sekelompok elit yang selalu menindas dengan dalih pembangunan.

Pertarungan ekonomi global menjadikan konsep liberalisasi pertukaran dan akumulasi modal yang berlebihan, pasar-pasar tradisional mulai menjamur, pasar-pasar baru mulai masuk di perkampungan, pedesaan, bahkan lingkungan masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun