Mohon tunggu...
Azzahra Tunggadewi
Azzahra Tunggadewi Mohon Tunggu... -

me is simple... punya hobi nulis-nulis, membaca apalagi, naik gunung, susur goa, petualang alam bebas hobi banget. Aktivitas hari-hari diisi dg work holic asal jangan lupa sholat aje hehee... Yakin dg Man jadda wa jada artinya "Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil"

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Andai Aku Camar dan Dia Senja

29 Juni 2010   12:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:12 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock


Kata-katamu membawaku terbuai dalam kenanganmu yang masih hidup hingga kini walaupun ku tidak mengetahui siapa kamu. Mungkin perasaan atau nurani itu tak ku miliki dulu. Kini aku mengerti dan merasa entah darimana sumbernya? Mungkin jika rasa yang harus dipertaruhkan untuk saat ini aku teraniaya mencari nurani.

Merasa dirimu bak camar yang tidak tahu pasti tentang senja yang juga tidak ku mengerti ‘Rasa’ yang tak terjangkau wujudnya, maafkan aku jika pernah melukai perasaanmu.

Keindahan akan berakhir dan akan menyakitimu dalam kesunyian seiring cahaya senja. Ketika Camar telah pergi, sendiri akan lebih indah. Jika aku tidak tahu siapa kamu, disaat cahaya bulan menemani kesunyian aku ingin kamu…

............

Kemegahan dan keindahannya mungkin tak pernah ku temui, sehingga malam tetaplah malam begitu pun Camar harus kembali mengembangkan sayapnya dan keindahan Senja yang menusuk bagai pedang dengan keindahan jingga yang masih belum pernah ku rasa. Keraguan hati akan sirna jika kedua mata melihat cahaya nyata dari senja yang kau tanyakan pada camar. Jika sayapnya akan terbakar Senja tak perlu menjawabmu karena senjalah yang menjemput malam, the sun is going down.

.......

Kenapa ada pujangga atau penyair tidak paham kata (becanda)?

Adakah bahasa yang tidak ada karena perlakuan secara ragawi?

Apakah engkau pernah menjelajahi malam kesunyian dan memastikan perilaku raga tepat menurut rasa yang kita gunakan? Dikala Matahari menampakkan wujudnya.

Apakah sudah pasti sayap-sayap Camar akan terbakar ketika cahayanya menerpa dikala Senja?

........

Aku hanya mengandaikan diri. Aku bukan Camar yang sesungguhnya. Aku hanya sosok yang tak sempat terjamah oleh nuranimu.

Senja itu adalah kamu yang ku kagumi keberadaanmu dalam diamku. Senja itu andaikan dirimu… Indah di mataku dan tak lekang meski malam menyelimutimu dengan kegelapannya.

.......

Mungkin aku bukan pujangga atau penyair yang sesungguhnya hingga tak mampu menelaah tiap baris kalimatmu. Aku hanya Camar yang pergi setelah Senja itu berganti malam dan jika Senja itu mampu memahami Camar, mungkin terpaan cahayanya takkan mampu membakar sayap-sayap ini. Aku hanya ingin engkau tahu keberadaan Camar juga hatinya…

.....................................................................

Tulisan di atas adalah kalimat-kalimat perbincangan dengan dia...yang ku kagumi dalam diamku. Diawali dari sebuah kalimat curahan hati akan kekaguman berlapis 'Rasa' yang ku kirim melalui short message service kepadanya tanpa dia ketahui siapa si pengirimnya. Kejadian itu berlangsung ketika rasa jenuh menyerangku untuk segera menyelesaikan skripsi. Mungkin ibaratnya untuk mengusir  rasa jenuh, jalannya itu harus mengungkapkan rasa cinta yang terpendam biar plong dan semangat lagi menyelesaikan tugas akhir.

Sedikit tentang dia... Dia adalah seniorku di UKM Kepencintaalaman. Mulanya tanpa sadar Rasa itu hadir ketika sama-sama berkutat dan sibuk dengan tugas-tugas organisasi. Sosoknya yang cerdas, cuek namun  baik dan bergaul am sapa aja, religi, punya wawasan luas, jeli plus lincah saat beraktivitas di alam bebas (gunung, tebing, susur gua), ditunjang dengan  paras yang manis itu  membuat semua orang suka padanya, terlebih kaum hawa.....

Kebersamaan itu perlahan menciptakan rasa simpatik dan pada akhirnya di penghujung semester kesadaran pada Rasa Cinta itu ada.

Sampai saat ini rasaku tak terungkap. Kian terpendam (CINTA dalam Hati euy!!). Tabuh untuk berkata jujur atau pun menyatakan rasa. Tersimpan sendiri dan terpendam jauh di lubuk hati yang paling dalam. Namun lewat kompasiana saya hanya ingin jujur pada diri sendiri setelah sekian tahun menyimpan 'Rasa itu', lidah terasa keluh tapi hati ingin mengucapkan  I LOVE U... mmm Lega sudahh!!! :)

Mungkin sekarang dia tak sendiri lagi,,

Mungkin sekarang telah ada 'Hati' yang menemaninya merajut hidup...

Hmmm tak apalah tohhh juga CINTA tak harus memiliki.. Bahagianya akan jadi bahagiaku juga..

Cukup dengan melihat dia bahagia merajut hidup dengan cintanya, bisa membuatku tersenyum bahagia walau sedikit perih...

Saya yakin akan janji Allah Taala dalam firman-Nya:

Wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). dan begitu juga sebaliknya” (QS. an-Nur: 26)

Dan cukup menganggap dia sebagai senior, Kakak, dan sahabat seperti yang dia tanggapi selama ini.

SALAM ^_^

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun