Semakin nyata virus sekulerisme telah menjangkiti. Nasionalisme dijunjung tinggi hingga mengabaikan penderitaan suku Uighur di Xinjiang. Sekat nasionalisme telah memisahkan kaum muslimin dengan saudaranya yang berbeda negeri.
Rasulullah saw. bersabda:
"Sesungguhnya Allah telah mengharamkan atas sesama kalian darah kalian (untuk ditumpahkan) dan harta kalian (untuk dirampas) dan kehormatan (untuk dirusak). Sebagaimana haramnya hari ini, haramnya bulan ini dan haramnya negeri ini." (HR. Bukhari).
Ketika syariat telah jelas menyatakan keharamannya, sebagai seorang muslim hendaknya mentaatinya. Oleh karenanya, demi melaksanakan apa yang pernah disabdakan Rasulullah, khalifah Al-Mu'tasim Billah mengutus ribuan pasukan untuk menyerbu kota Amuria.
Atas kasus pelecehan seorang muslimah. Hari ini, ketika Islam bukan lagi sebagai rujukan, jutaan kaum muslimin masih tertindas di berbagai belahan dunia, tatapi pemimpin kaum muslimin justru menutup mata.Â
Pemimpin yang memiliki keberanian tak mungkin lahir dari sistem yang rusak. Sistem yang rusak hanya akan melahirkan kerusakan pula. Apapun upaya yang dilakukan dengan sistem demokrasi, hanya akan membuang waktu dan memperpanjang penderitaan kaum muslimin. Diplomasi tak akan menyelesaikan permasalahan. Harus ada tindakan tegas terhadap negara yang telah menganiaya kaum muslimin. Sehingga ada efek jera.
Oleh karenanya penting untuk mengembalikan Islam ke tengah-tengah umat. Agar segera lahir pemimpin yang berani membela darah, harta serta kehormatan kaum muslimin serta memberikan perlindungan. Wallahu'alam bishshawab.
Â
Oleh : Kunthi Mandasari
Pemerhati Generasi, Member AMK
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI