Bangsa ini adalah bangsa yang spiritualis, senang dengan perkara agama, tapi tak sedikit pula yang senang dengan perkara klenik. Penglaris, pengasihan, pesugihan, gendam, jimat, santet, babi ngepet, hantu pocong, ilmu kebal, ilmu kewibawaan, adalah topik yang menarik dibahas sehari-hari. Orang tidak sungkan-sungkan untuk mencari 'pegangan' kemana saja, mulai dari ke dukun, paranormal, kuburan angker, bahkan sampai ke kiai. 'Pegangan' ini digunakan mulai dari untuk bisnis jualan sampai ke bisnis kekuasaan, atau hanya untuk jaga diri keselamatan. Dan ini bukan hanya dilakukan oleh rakyat jelata yang kurang pendidikan saja, melainkan merata bahkan sampai ke para pejabat, seperti yang ditulis oleh salah seorang kompasianer Kibagus Santang.
Kalau melihat ke bangsa-bangsa yang sudah maju, terlihat jelas bahwa mereka lebih fokus ke arah yang rasional ketimbang yang klenik. Ini bukan berarti mereka tidak percaya klenik, belum tentu, bisa jadi mereka juga percaya, bahkan tidak menutup kemungkinan bahwa klenik mereka tidak kalah canggih dari kita. Ilmu klenik biasanya hanya ampuh di lingkungan asalnya sendiri, tetapi akan memudar jika berada di luar lingkungannya. Kemungkinan besar bangsa yang sudah maju hanya memandang klenik sebagai variasi dari kehidupan. Dan fokus mereka tetap ke arah yang rasional, dan karena itulah mereka akhirnya bisa maju.
Menurut saya, inilah sebabnya klenik susah membuat orang maju. Klenik biasanya melibatkan makhuk halus golongan jin. Jin ini dikatakan terbuat dari api. Melibatkan jin dalam kehidupan seseorang akan berimbas menyulut hawa nafsu seseorang tersebut, terutama hawa nafsu amarah yang unsurnya adalah api. Hawa nafsu amarah ini bersifat memberi semangat hidup jika porsinya benar. Tetapi jika terlalu besar, maka hawa nafsu amarah akan menyebabkan egoisme yang berlebihan. Tidak jarang orang yang belajar klenik, hatinya menjadi gampang panas, dan senang berbuat kerusuhan dan kejahatan di masyarakat. Ego yang berlebihan membuat seseorang ingin menang sendiri dan tidak peduli kepada orang lain. Dan ini pasti akan meretakkan keutuhan hidup bermasyarakat dan berbangsa. Mereka tidak peduli merugikan apapun dan siapapun yang penting dia sendiri merasa enak. Sifat egois individualistis ini jelas tidak kondusif bahkan pasti akan menghambat kemajuan bangsa.
Klenik tidak selalu berkonotasi negatif, selama diletakkan di tempat yang benar dengan porsi yang benar. Manusia adalah makhluk yang paling sempurna, dalam arti (menurut saya), semuanya lengkap ada di dalam diri manusia. Ibaratnya adalah, mulai setan sampai malaikat ada di dalam manusia. Juga unsur alam mulai dari benda mati, tumbuhan, dan hewan ada di diri manusia. Segala lapisan alam mulai dari yang paling gaib sampai yang paling kasar ada di diri manusia. Tinggal manusianya sendiri yang memilih yang mana yang akan diaktifkannya atau yang menjadi fokusnya. Apabila segala sesuatu yang ada di diri manusia tersebut bisa dikembangkan secara seimbang dan benar, maka akan sangat berguna untuk mengembangkan hakekat diri sejati dari seorang manusia.
Karena manusia diciptakan Tuhan sebagai manusia, maka harus bertindak sebagaimana seharusnya seorang manusia. Manusia bukan setan, bukan jin, bukan malaikat, bukan benda mati, bukan tumbuhan, dan bukan hewan. Manusia adalah manusia, dan harus punya peri kemanusiaan. Terlalu doyan klenik malah akan menghambat seseorang menjadi manusia yang sesungguhnya, dan pada akhirnya menghambat kemajuan bangsa ini juga. Marilah kita tinggalkan segala macam klenik yang tidak perlu. Cukuplah berdoa ke Tuhan Yang Maha Kuasa dan diiringi ikhtiar kerja, mengolah dunia nyata. Demi kemajuan bersama, demi kemajuan bangsa ini.
Mohon maaf jika ada salah kata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H