Mohon tunggu...
Mardianto Manan
Mardianto Manan Mohon Tunggu... Mengamati Kota Dan Daerah -

peduli kota dan wilayah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Harimau Meneror Desa

15 Maret 2018   13:16 Diperbarui: 15 Maret 2018   22:51 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pyramimida Makanan Baru

Provinsi Riau beberapa hari belakangan ini tersentak oleh mengamuk Sang Raja Hutan di perkampungan penduduk di salah satu desa di Indragiri Hilir Riau,  dimana sudah dua korban manusia meninggal dunia yang diterkam harimau yang berada sekitar hutan kawasan lindung Taman Nasional. Sehari yang lalu saya tergugah oleh saudaraku Furqon LW komandannya Karikatur Riau,  beliau mengunggah sebuah karikatur yang beliau beri nama New Food Pyramid.  

Kritikan ini merupakan kritikan tajam dan tepat sasaran terhadap kondisi piramida makanan yang ada di Indonesia dan Provinsi Riau khususnya saat ini,  dimana telah terjadi kejadian yang menghebohkan masyarakat yang bermukim sekitar hutan yang dikeroyok oleh kebun kelapa sawit,  sehingga semakin hari,  jam,  menit dan detik,  hutan selalu diluluh lantakkan oleh penebang pohon yang resmi lewat legalitas yang resmi pulak,  sehingga terancam musnahlah plasma nutfah yang ada di Bumi Lancang Kuning ini,  makanya saya buat pernyataan keras bahwa hutan hancur bukan oleh illegal  logging tetapi justru hancur oleh "legal logging" ,  semua itu juga diperparah oleh "diambangkannya"  Tata Ruang atau RTRW Provinsi Riau yang sampai saat ini menjadi satu satunya RTRW yang belum disyahkan semenjak keluarnya Undang Undang Penataan Ruang Nomor 26 Tahun 2007 sekitar sebelas tahun yang lalu.

Kenapa ini terjadi,? 

Apakah karena Riau kaya? Apakah karena banyak kepentingan pusat yang ada disini? atau karena provinsi ini sudah dijadikan RRC oleh pemerintah pusat,  maksudnya Riau Remote Control,  Walaupun tanah ada si Provinsi ini tapi remote controlnya ada di Singapore,  ada di negeri Mamak Sam (Pamansam)  saya tak mau menjawabnya,  takutnya kenak cinai (ditandai)  pula saya nantik oleh aparat pemerintah sebagai penebar hoax haha,  tapi untuk jelasnya saya juga pernah menulis di kompasiana tiga tahun yang lalu 

Akibat dari semua yang saya sebutkan diatas,  maka luluh lantaklah tata ruang Provinsi Riau,  bahkan gubernur kami yang terakhir kemarin bermasalah dengan hukum disebabkan oleh gratifikasi tata guna lahan di Kecamatan Pangean Kuantan Singingi Riau, sehingga lengkaplah sudah gubernur kami tiga kali berturut turut alias hattrick masuk dalam tata ruang,  tapi ruang bui haha.

Kembali ke persoalan hutan Riau sekarang sedang terjadi kritis strata piramid makanan yang sudah mulai tergerus dari binatang buas alias karnivora sebagai top leader dalam piramida setelah hewan ternak peringkat kedua sebagai herbivora dan tumbuhan tumbuhan sebagai produsen dengan posisi yang paling bawah.  

Tetapi saat ini piramid itu berubah total,  harimau  atau singa sebagai binatang buas terpental jatuh ke rangking yang paling bawah,  semuanya itu disebabkan oleh kebuasan pohon hias kelapa sawit yang sudah menggurita dihampir seluruh Provinsi yang kaya dengan minyak ini, tetapi penduduk miskin yang masih bergelantungan di setiap cerukan-cerukan  desa sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS)  empat sungai besar yang bersetubuh dengan Bumi Melayu ini, itupun sudah luluh lantak oleh kebiadaban manusianya juga.
Dampaknya sang raja hutan mengamuk dan membunuh makhluk yang sering kita katakan paling berakal dan berbudi pekerti walaupun ini sudah terbantah hingga saat ini,  karena kadang kala manusia lebih binatang lagi dari pada binatang,  hal ini ada dikatakan dalam kitab suci kita.  Lantas apa yang dilakukan pemerintah?  yakni menangkap sang raja yang sudah kehilangan istana tersebut,  dengan alasan mereka (raja hutan)  sudah mengganggu ketenteraman manusia, sebenarnya siapa yang mengganggu siapa,  maka harus diselesaikan secepatnya, terlalu!
Padahal menurut saya,  harimau inilah yang sangat tinggi  kepedulian lingkungannya,  artinya dia memberi tahukan ada lingkungan yang telah rusak di Habitat aslinya,  bukankah binatang lebih menjaga kelestarian lingkungan dibandingkan kita manusia?  bahkan kadangkalanya lagi saat ini hantupun lebih peduli dari kita,  camnalah   perangai kita ini sehingga pengawasan sang penjaga hutan justru berdetak disini untuk menabuh alaram, bahwa hutan sudah dimasuki sawit sang tanaman import yang merusak tatanan kehidupan hutan yang sebenarnya,  padahal sawit bukan termasuk dalam Habitat hutan yang sebenarnya.
Maka adalah wajar sang raja hutan menabuh genderang perang terhadap makhluk yang paling sempurna ini,  alhasil yang korban tetap saja rakyat jelata yang berkutat dengan apa yang akan dimakan hari ini,  sementara para cukong cukong kebun sawit tersebut selalu memikirkan makan siapa lagi hari ini,  amat memilukan sekali gus memalukan perangai kita ini di dunia fana ini,  akankah di negeri kami akan berevolusi Pyramimida Makanan dengan gaya jaman now???  Entahlahh pak Pemerintah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun