Habis terbitnya Surat Edaran Kapolri tentang hate speech di beberapa waktu yang lalu, kali ini muncul picture yang membuat saya bingung, apakah picture itu memuat unsur hate speechatau tidak? Picture tersebut saya peroleh sekitar 1 jam yang lalu dari twitter personal Habib Haidar Bagir, @haidar_bagir.
Semakin lama saya merasa bila kehidupan ini semakin dipenuhi dengan kebencian, mengolok-olok, dan perilaku negative yang mengundang kegemparan lainnya. Bagi orang yang pengetahuannya terbatas tentu mudah terhasut dengan provokasi-provokasi yang tidak elegan. Kalaupun sesekali ada provokasi positif yang muncul, tentu bisa dipastikan bahwa provokasi positif tersebut ibarat hanya menjadi angin –diketahui kehadirannya dan lekas dilupakan-. Bahkan yang lebih menyakitkan lagi, provokasi positif itu dihujat dengan kata pencitraan, cari muka, dan sinonim lainnya.
Provokasi negative yang masuk dalam konteks agama bahkan Negara adalah sesuatu yang perlu diperhatikan. Beragama adalah wilayah sensitif, memiliki resiko yang berat. Jika anda salah dalam berucap, maka resiko yang anda pikul itu sangatlah berat. Selain mendapat hukuman di akhirat, anda juga akan menerima kenyataan bahwa anda menerima kiriman doa buruk dari orang yang membenci ucapan anda.
Terkait kalimat yang ada dalam picture diatas -“Kunci menghancurkan NKRI dengan cara menghancurkan NU, dan cara menghancurkan NU melalui adu domba Sunni-Syi’ah”-, saya perlu memberitahukan hal berikut kepada kawan-kawan. Apakah itu? Habib Salim bin Jindan pernah menulis bahwa Rawafidh (jamak dari Rafidhi) itu ditujukan terhadap kaum yang sesat, bukan terhadap syi’ah seperti belakangan ini yang menjadi buah bibir di masyarakat. Dalam karangan yang berjudul Risalah Ahlis Sunnah Wal Jama’ah karya KH Hasyim Asy’ari, tertulis bahwa :
ﻭﻣﻨﻬﻢ ﺭﺍﻓﻀﻴﻮﻥ ﻳﺴﺒﻮﻥ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﺃﺑﺎ ﻳﻜﺮ ﻭﻋﻤﺮ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﻭﻳﻜﺮﻫﻮﻥ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻢ ﻭﻳﺒﺎﻟﻐﻮﻥ ﻫﻮﻯ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻋﻠﻲ ﻭﺃﻫﻞ ﺑﻴﺘﻪ ﺭﺿﻮﺍﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻬﻢ. ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺴﻴﺪ ﻣﺤﻤﺪ ﻓﻲ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﻘﺎﻣﻮﺱ: ﻭﺑﻌﻀﻬﻢ ﻳﺮﺗﻘﻲ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻜﻔﺮ ﻭﺍﻟﺰﻧﺪﻗﺔ ﺃﻋﺎﺫﻧﺎ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻣﻨﻬﺎ
“Termasuk dalam kategori gerakan baru yang muncul di pulau Jawa adalah sekte Rafidhoh, yakni golongan yang mencela sahabat Abu Bakar al – Shiddiq dan Sayyidina Umar Bin Khattab RA, golongan ini juga membenci para sabahat RA, dan berlebih-lebihan dalam mencintai dan fanatik terhadap Sayyidina Ali RA dan Ahli bait. Sayyid Muhammad Di dalam syarah Al – Qomus al – Munith berkata : sebagian dari mereka telah beridentitas sebagai kafir Zindiq, mudah-mudahan Allah menjaga kita dan kaum muslimin semuanya.
Lalu mengapa KH. Hasyim Asy’ari dalam qoulnya, tidak langsung saja menuliskan kata ﺷﻴﻌﻲ (Syii’ii yang artinya pengikut syi’ah secara umum) adalah aliran yang sesat? Tetapi Beliau malah memilih kata روافض (Rafidhi yang artinya yang menolak)? Alasannya adalah beliau mengetahui bahwa Syi’ah (ﺷﻴﻌﻲ) adalah mazhab islam yang benar, oleh karena itu Beliau tidak mau mengeneralisasi tuduhan kesesatan/kebohongan kepada pengikut syi’ah, dan karenanya Beliau menggunakan kata Rafidhi (روافض) bukan Syii’ii (ﺷﻴﻌﻲ) dalam qoul dan syairnya.
Wallahu’alam…
Saya yakin didalam adanya upaya untuk menghancurkan NU melalui adu domba Sunni-Syi’ah adalah tidak jauh dari asap yang dibuat oleh orang-orang yang lekas ingin pergi dari muka bumi melalui liang kubur. Garis besar dari segala ucapan dan perilaku penebar kebencian adalah perbedaan pemahaman terhadap suatu hal. Perbedaan pemahaman tersebut dapat mengobarkan api konflik apabila perbedaan pemahaman terhadap suatu hal tidak dibawa ke meja yang penuh dengan salam perdamaian.
Agama seharusnya benar-benar menjadi acuan untuk membangun peradaban yang sudah berlangsung lama, bukan menjadi alat untuk menghancurkan peradaban yang sudah dibangun dengan susah payah. Sehingga saya mengajak para pembaca tulisan ini untuk berpikir kritis jika ada provokasi yang belum diketahui keshahihannya.