Sementera pertarungan antara Eyang Subur VS Adi Bing Slamet "dihentikan" MUI, eyang Subur mulai merasakan keanehan pada dirinya.
Pertama, karena dianggap menyimpang--penyerhanaan kata dari sesat--Eyang berusaha mencari jalan lurus. Beberapa jalan di lalui, dari gang kecil, jalan utama, jalan lebar sampai jalan tol dilintasi agar beliau bisa menjumpai jalan lurus. Tapi ternyata di mana-mana tidak ada jalan yang benar-benar lurus dari ujung ke pangkal. Bahkan ujung dan pangkal di bumi ini pun tidak ada. Sehingga beliau kelelahan dan jadilah masa-masa suburnya berkurang dan layu hingga butuh air untuk menyiramnya agar tumbuh subur lagi.
Sesat dan menyimpang, tidak ditemuinya "slogan" ini di jalanan yang dilaluinya. Yang ada cuma reklame hape, acara sinetron unggulan tipi, foto pejabat berprestasi dan foto ulama yang akan mengadakan pengajian massal di lapangan atau di masjid di seputar jalanan utama ibukota.
Benar-benar letih baik Adi Bing Slamet maupun Eyang Subur menghadapi masalah yang hingga kini menjadi perhatian publik ini. Juga para pengikut, pendukung, simpatisan keduanya. Orang-orang mungkin ingin tahu apakah eyang benar-benar bertobat atau cuma melakukan tobat sambel setelah keluarnya fatwa MUI yang menyatakan bahwa beliau menyimpang. Tapi yang pasti orang-orang tidak ingin tahu kenapa eyang subur tiba-tiba jadi eyang gersang.
Meskipun sudah dikasih pupuk, disirami tiap hari, komposnya juga ditambahi, tetap saja gersang. Begitulah kini yang terjadi dengan eyang Subur. Tudingan penyimpangan dan kesesatan yang ditujukan padanya, juga sebagaimana yang ditetapkan MUI merupakan suatu pelajaran, bahwa "satu-satu aku sayang ibu, bukan satu delapan aku sayang istri."
Satu aja kadang-kadang "nggak kuat", apalagi delapan mak ....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H