Saya sudah menduga, bahwa seusai laga tim nasional versi KPSI beruji coba melawan Arema-Pelita dan Gresik United, PSSI pasti akan langsung beraksi. Dugaan saya tidak keliru, meski tidak juga sepenuhnya benar. Sebab, awalnya, saya hanya menduga, PSSI akan mengeluarkan pernyataan dari sudut legalitas tim nasional tersebut. Ternyata lebih dari yang saya duga, Pak Djohar sendiri langsung angkat bicara, dan menyatakan bahwa pihaknya akan meninjau kelanjutan proses konsolidasi dengan KPSI yang tertuang dalam Memorandum of Understanding (MoU) yang ditandatangani di Kuala Lumpur pada 7 Juni 2012.
"Karena mereka kami anggap melanggar beberapa poin dalam MOU ataupun hasil yang telah disepakati dalam rapat Joint Committee," kata Pak Djohar Arifin di Kantor PSSI, Jakarta, Senin.
Menurutnya, bentuk pelanggaran yang telah dilakukan oleh KPSI adalah penggunaan logo PSSI pada kop surat, lambang Garuda pada kostum pemain yang menyerupai kostum timnas resmi, menyelenggarakan Pelatnas di Malang, dan berniat menyelenggarakan kongres sendiri pada November 2012.
Selain melaporkan kejadian ini kepada tim Task Force AFC, Pak Djohar juga menebar"ancaman" baru dengan berencana menempuh jalur hukum pidana.
Menurut saya, pernyataan dan “ancaman” PSSI adalah tindakan “cengeng”. Tanpa dilapori, AFC dan FIFA sudah tahu adanya dualisme PSSI, dualisme kompetisi liga, dan dualisme tim nasional, makanya dibentuk tim Task Force (TF) oleh AFC, yang kemudian melahirkan Joint Committee, lalu membuahkan butir-butir kesepakatan yang harus dijalankan oleh PSSI dan KPSI.
So, kenapa PSSI tiba-tiba seolah kaget dan panik? Apalagi sampai akan meninjau ulang MoU yang sudah ditandatangani? Jujur saya ngeri, langkah itu justru akan berbalik memojokkan PSSI sendiri. AFC dan FIFA membentuk TF karena tahu persis situasinya, tahu persis strategi apa yang sedang dan akan dimainkan oleh “mereka”. Jadi PSSI tinggal ikuti saja langkah-langkah yang sudah dirancang AFC bersama FIFA, dan laksanakan secepatnya, sebelum akhirnya TF mengambil langkah sendiri.
Ayolah Pak Djohar, jangan mudah terbawa arus dan kemudian masuk dalam perangkap yang memang sudah disiapkan. Tinggalkan “kecengengan” dan menebar ancaman yang sama sekali tidak menakutkan. AFC tidak hanya mengurusi PSSI saja, apalagi FIFA, banyak anggotanya yang perlu perhatian khusus dan masalahnya lebih krusial. Jika masalahnya terus berlarut, maka bukan mustahil AFC dan FIFA akan mengambil langkah dramatis, dengan misalnya, membentuk komite khusus untuk mengambil alih tugas-tugas PSSI?
PSSI memiliki sederet sumber daya hebat, yang tentunya pandai dalam membaca permainan. Jadi tidak seharusnya terseret masuk dalam irama permainan “mereka”. Saat ini sebenarnya PSSI dalam posisi yang baik, legitimasinya masih terjaga di mata AFC dan FIFA. Pembentukan JC dan butir-butir keputusannya adalah bukti konkrit perlindungan AFC dan FIFA terhadap PSSI atas serangan dari pihak luar.
Tinggal, bagaimana PSSI menterjemahan dan melaksanakan semua kesepakatan yang ada dengan lurus, dan secepat mungkin. Coba simak baik-baik tiap butir yang ada dalam kesepakatan bersama antara PSSI-KPSI-JC dan juga tim TF, terjemahkan dengan baik, benar, dan jujur, lalu coba dianalisa secara cermat. Tiap langkahnya adalah pelemahan terhadap KPSI.
Contohnya, tentang penyatuan liga. AFC dan FIFA tahu persis betapa lemahnya IPL dibandingkan dengan ISL. Penyatuan adalah langkah strategis untuk menguatkan IPL, meski kemungkinannya harus rela berganti “baju”. Kemudian tentang tim nasional. Masalah otoritas pembentukan tim nasional, tetap ada di tangan PSSI. Namun, tetap diembel-embeli kata “harmonisasi”, dan JC ditugasi oleh TF untuk mengharmonisasikannya. Jika PSSI jeli, kata “harmonisasi” melalui JC itu adalah hadiah senjata pamungkas dari TF untuk penyatuan tim nasional. Jelasnya, jika PSSI memanggil pemain-pemain ISL melalui JC (toh ketua JC adalah wakil PSSI), maka tidak ada alasan klub-klub ISL untuk menolaknya. KPSI juga tak punya celah untuk berkelit, Hasilnya, tim nasional bentukan KPSI tak lagi ada penghuninya. Ini berarti, satu lagi senjata KPSI terlucuti.
Satu lagi yang sangat krusial, dan boleh dibilang senjata paling mematikan yang diberikan TF kepada PSSI, yaitu keharusan PSSI mengembalikan para mantan exco yang dipecat ke tempat asalnya. Maknanya apa coba? Menurut saya ini langkah jenius TF untuk menghabisi KPSI secara total. Jika mereka ditarik ke tempat asalnya (PSSI), maka saat itu juga KPSI tamat riwayatnya. Sebab, “mereka” adalah komponen teratas, dan motor penggerak utama KPSI.
Semua senjata dan amunisi ampuh sudah diberikan TF (baca: AFC dan FIFA), tinggal apakah PSSI mau segera memanfaatkannya, kemudian menyelesaikannya tanpa banyak bicara. Dingin, dan elegan!
Bravo PSSI!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H