Mohon tunggu...
Mamun Ahmad
Mamun Ahmad Mohon Tunggu... Human Resources - Peselancar Ilmu

Cinta Perdamaian

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berdakwah dan Pertolongan Allah SWT

7 Februari 2021   08:25 Diperbarui: 7 Februari 2021   14:13 613
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.worldofghibli.id/kumpulan-gambar-bulan-di-langit-yang-indah/

Dua jam lamanya berdialog agama, dengan karunia Allah swt. Delapan orang anggota keluarga Pak Syukron ini terbuka hatinya dan siap menyatakan diri bergabung ke dalam Jama'ah. Alhamdulillah!

Demi melihat keluarga Pak Syukron bai'at, yang paling bahagia tak alang kepalang adalah Pak Darno, hatinya sumringah, gembira dan penuh syukur, begitu sahabatnya telah bergabung. Beliau pun tak henti-hentinya mengucap syukur;  Alhamdulillah Tsumma alhamdulillah!

Waktu sudah menunjukkan pukul 17.35, adzan maghrib hampir berkumandang. Kami baru sadar bahwa harus segera pulang...setelah berpamitan kami pun melangkahkan kaki untuk kembali pulang ke kota Temanggung.

Mungkin mereka mengira kami membawa kendaraan, sehingga tidak ada yang mengajak bermalam. Atau mungkin juga ini sebuah ujian untuk tetap tabah dijalani. Ya...betul pembaca, kami harus pulang dengan berjalan kaki karena angkutan sudah tidak ada lagi, sedang pak Darno pun sudah mendahului pulang ke kampungnya di Malangsari.

Kami baru tahu, kendaraan ke kampung N'delok ini rupanya hanya sekali saja dalam sehari. Waktu pun terus merayap, gambaran terangnya alam telah menghilang dan kini kegelapan malam tengah menebarkan sayapnya. Pikir kami; naik angkudes saja dua setengah jam lamanya, bagaimana kalau ditempuh dengan berjalan kaki??? Alaa maaak, mungkin tengah malam baru tiba; begitu perhitungan kami! Sambil terus berjalan dikegelapan malam, hanya putih bebatuan yang samar-samar masih kelihatan. Suara alam sekeliling terasa angker. Saya dan istri memang sedang perjalanan pulang melewati hutan-hutan sengon dan sesekali rimbunan akar-akar pohon yang menjalar dipinggiran jalan. Ini adalah malam kepulangan dari bertabligh, berbalut bulan madu yang mengharu-biru.

Sejujurnya, ada kepedihan merasuki hati saat itu, manakala membayangkan jauhnya perjalanan yang ditempuh dengan kegelapan malam sepekat itu tanpa alat penerangan ditangan, Saking gelapnya mengacungkan telunjuk saja tidak kelihatan. Dalam keadaan seperti ini, terbersit hasyrat kuat untuk berdo'a dan sekaligus mengajarkannya kepada  istri;

  

Robbi innii limma anzalta ilayya min khairin faqiir;

artinya;

"Ya Allah Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan dari-Mu, Turunkanlah ya Allah karena hamba sangatlah faqiir [;sangat memerlukan]".

(Qs. Al-Qoshshos:24)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun